Search This Blog

Monday, July 23, 2012

SKRIPSI


PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR PKn
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BANGKO PUSAKO


SKRIPSI


Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S 1)
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan







OLEH :
MATANG
0805113421


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2012
 

BAB I
 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk individu, sosial dan sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah-tengah masyarakat, apalagi diikuti dengan reformasi yang menuntut perubahan di segala bidang kehidupan manusia, baik bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan kemampuan, wawasan, daya pikir dan pemahaman terhadap segala sesuatu yang dialami dan dihadapi dalam kehidupannya, salah satunya malalui jalan pendidikan.
Melalui dunia pendidikan seseorang akan mendapat berbagai pemahaman, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Bertitik tolak dari dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi jelas bahwa manusia Indonesia yang hendak dibentuk melalui proses pendidikan bukan sekedar manusia yang berilmu pengetahuan semata tetapi sekaligus membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian sebagai warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dalam kaitannya dengan pembentukan warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan yang strategis dan penting, yaitu dalam membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku keseharian, sehingga diharapkan setiap individu mampu menjadi pribadi yang baik.
Melalui mata pelajaran PKn ini, siswa sebagai warga negara dapat mengkaji Pendidikan Kewarganegaraan dalam forum yang dinamis dan interaktif. Jika memperhatikan tujuan pendidikan nasional di atas, Pembangunan dalam dunia pendidikan perlu diusahakan peningkatannya.
Keberhasilan seseorang dalam menempuh pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi. Adanya faktor intern dan factor ekstern sangat berpengaruh bagi seseorang dalam menempuh pendidikannya. Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri, misalnya tingkat kecerdasan, kepandaian, emosi, keadaan psikis, dan lain-lain. Sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar individu, misalnya lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah yang menjadi tempat seseorang dalam menuntut ilmu, sarana prasarana pendidikan, baik sarana prasarana yang ada di rumah atau di sekolah.
Dari hasil penelitian lapangan (observasi) ditemukan bahwa siswa SMP Negeri 3 Bangko Pusako masih rendah preatasi belajarnya, khususnya dalam mata pelajaran PKn. Peserta didik kurang mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan dirinya karena guru tidak menggunakan strategi pembelajaran aktif ataupun kooperatif, namun lebih cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional yaitu ceramah sehingga peranan guru sebagai fasilitator menjadi kurang kelihatan di kelas. Disamping itu, guru bidang studi PKn di SMP Negeri 3 Bangko Pusako cenderung memulai kegiatan pembelajaran dengan membacakan buku teks PKn padahal buku tersebut bisa dibaca siswa baik secara individu maupun kelompok. Siswa monoton mendengar ceramah guru bidang studi PKn dan mengerjakan tugas-tugas yang tercantum dalam buku pelajaran. Hal ini ditandai dengan kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran, siswa tidak tertarik untuk bertanya, kurang perhatian dalam mengikuti pembelajaran PKn, dan Masih rendahnya nilai PKn siswa dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa dalam 1 semester terakhir yaitu nilai rata-rata semester 1 kelas VII 1 adalah 53 dan nilai rata-rata semester 1 kelas VII 2 adalah 55.
Lebih lanjut, hasil belajar siswa SMP Negeri 3 Bangko Pusako perlu ditingkatkan agar prestasi belajar mereka lebih baik dari sebelumnya. Siswa kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran karena guru dominan dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa kurang punya kesempatan mengekspresikan dirinya di kelas. Selain itu, semangat belajar siswa perlu ditingkatkan dengan merubah cara pendekatan belajar, terutama dalam pembelajaran PKn pada siswa tersebut sehingga hasil belajar mereka setelah ujian formatif dan sumatif lebih meningkat dari yang sebelumnya.
Penggunaan berbagai metode pembelajaran ini sangat penting agar peserta didik termotivasi dalam mengkuti kegiatan pembelajaran serta bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh tenaga pendidik sesuai dengan bidang studi masing-masing. Disamping itu penggunaan strategi pembelajaran juga akan mendorong tenaga pendidik tersebut untuk lebih dulu memahaminya sebelum mengaplikasikannya kepada siswa sehingga hal ini akan menambah wawasan tenaga pendidik tersebut tentang prosedur penggunaannya.
Salah satu strategi pembelajaran kooperatif adalah Examples non Examples yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran materi apa saja, termasuk untuk kegiatan pembelajaran PKn. Strategi pembelajaran dengan menggunakan Examples non Examples ini dirancang agar siswa dapat meningkatkan keaktifan dalam proses belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar mereka, khususnya dalam mata pelajaran PKn.
Meskipun demikian, guru tetap membimbing setiap kelompok jika ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyeleseikan permasalahan yang ditugaskan.  Berdasarkan uraian diatas, maka ditetapkanlah judul penelitian sebagai berikut : “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako“.

1.3 Tujuan Penelitian
            Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah ada Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako.

1.4 Manfaat Penelitian
            Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
A.    Bagi penulis
1.      Menambah pengetahuan sebagai calon pendidik dan mengembangkan ilmu yang telah di dapat selama kuliah, sehingga tercipta wahana ilmiah.
2.      Mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Examples Non Examples.
3.      Sebagai dasar kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis.
B.     Bagi para akademisi, dapat di gunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan.
C.     Bagi Peneliti lebih lanjut, dapat di jadikan referensi dalam penelitian.
1.4.2 Manfaat Praktis
A.     Bagi siswa
1.      Dapat meningkatkan antusiasme dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran PKn serta memberikan kebermaknaan belajar mata pelajaran PKn.
2.      Meningkatkan kompetensi siswa dalam berpendapat.
3.      Memberikan motivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya, dan mendorong siswa untuk berfikir kritis
B.      Bagi Guru
1.      Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mengajar secara dinamis dan interaktif.
2.      Memberikan informasi yang bermanfaat kepada tenaga pendidik di tingkat SMP, khususnya guru bidang studi PKn tentang pentingnya untuk selalu mencari dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat dalam kegaitan pembelajaran agar hasil belajar siswa lebih baik.
C.      Bagi Sekolah yang diteliti
Khususnya guru-guru pengampu mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda dan pada mata pelajaran yang sejenis dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai masukan dalam penyempurnaan dan pengembangan pembelajaran mereka. Melalui penelitian ini diharapkan akan dihasilkan model pembelajaran PKn yang kontekstual serta memberdayakan komponen-komponen pembelajaran, terutama siswa dan guru secara aktif dan kreatif.

1.5 Penjelasan Istilah
Guna menghindari kesalahpahaman dan salah interpretasi terhadap istilah – istilah dalam judul penelitian ini, maka penulis perlu mendefinisikannya kembali sebagai berikut:
  1. Model Pembelajaran adalah penggunaan strategi dalam usaha membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan mempertimbangkan lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran.
  2.  Examples Non Examples adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang dilakukan secara berkelompok dimana metode belajar ini menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran selanjutnya Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat infokus dan Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa gambar. Melalui diskusi kelompok 2 - 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
  3. Hasil Belajar adalah kemampuan kognitif siswa yang diukur dengan pencapaian indikator pembelajaran yang dituangkan dalam rentetan evaluasi yang berbentuk tes formatif dan sumatif dalam mata pelajaran PKn untuk tingkat Sekolah Menengah Petama.
  4. Siswa adalah adalah peserta didik yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan tingkat pendidikan dan fasilitas sekolah yang tersedia dimana proses pelayanan pendidikan itu terstruktur, terprogram dan berkesinambungan dalam rentang waktu yang ditentukan.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Agar lebih memahami model pembelajaran, maka perlu memberikan pengertian tentang model pembelajaran sehingga dapat diaplikasikan dengan baik dan tepat sasaran. Menurut Ahkmad Sudrajat (2007:7) dalam Oktorika Edina (2010:8) bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Sedangkan menurut M. Hasan Siddik (2007:12) dalam Oktorika Edina (2010:10) bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana pembelajaran yang sedikitnya siswa diarahkan untuk mengikuti langkah-langkah, antara lain; a) Apersepsi, pada tahap ini dilakukan kegiatan menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat, b) Explorasi, pada tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang mau dipalajari. Kemudian siswa menggali menyelidiki dan menemukan sendiri konsep sebagai jawaban dari dugaan sementara yang dikemukakan pada tahap sebelumnya, melalui manipulasi benda langsung, c) Diskusi dan Penjelasan Konsep, pada tahap ini siswa mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan tamuannya, pada tahap ini pula guru menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu siswa membuat kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok lain serta memotifasi siswa mengungkapkan alasan dari kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab dan d) Pengembangan dan Aplikasi, pada tahap ini guru memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, kamudian siswa membuat kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman konseptual yang telah diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas. Lebih lanjut Hamzah B. Uno (2007:25) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam suatu bidang ilmu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana pembelajaran atau pendekatan pembelajaran yang terencana yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran dimana siswa diorong untuk mengikuti langkah-langkah dari suatu model pembelajaran tersebut. Tujuan utamanya adalah agar siswa dapat meningtkan kemampuannya pada kecakapan atau keterampilan tertentu.

2.2 Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Banyak sekali jenis-jenis model pembelajaran yang dapat diaplikasikan oleh tenaga pendidik di sekolah dalam rangka meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar mereka. Menurut Dedi Supriawan dan Benyamin Surasega (1990:31) dalam Oktorika Edina (2010:11) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Sementara itu Hamzah B. Uno (2007:10) bahwa model pembelajaran diantaranya adalah; 1) model perolehan konsep, tokohnya adalah Jerome Brunner, 2) model berpikir induktif, tokohnya adalah Hilda Taba, 3) model inquiry training, tokohnya adalah Richard Suchman, 4) model scintific inquiry, tokohnya adalah Joseph J. Schwab, 5) model penumbuhan kognitif, tokohnya adalah Piaget, Freud Irving Seil dan Kohlberg, 6) model advance organizer, tokohnya adalah David Ausubel, dan 7) model memory, tokohnya adalah antara lain Herry Loereyne, dan Jerry Lucas.
Selanjutnya, beberapa model pembelajaran yang bisa diaplikasikan dalam
kegiatan pembelajaran antara lain sebagai berikut:
A. Jigsaw Approach
Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang dilakukan secara kelompok. Jigsaw ini juga dikatakan sebagai “model tim ahli” dengan penerapannya berkelompok. Menurut Aronson dkk (1978) dalam Oktorika Edina (2010:11) bahwa langkahlangkah penerapannya sebagai berikut: 1) Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim, 2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, 3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan, 4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, 5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, 6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, 7) Guru memberi evaluasi, dan 8) Penutup.
B. STAD (Students Team – Achievement Divisions) Approach.
Jenis model pembelajaran ini bertujuan untuk mendorong siswa belajar secara bersama atau kelompok yang berarti ”kelompok prestasi siswa berdasarkan kelompok. Menurut Slavin (1995) dalam Oktorika Edina (2010:12) yang dikutip oleh Pusat Kurikulum Nasional, 2007:9) bahwa langkah-langkah pelaksanaan STAD adalah: 1) Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll), 2) Guru menyajikan pelajaran, 3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti, 4) Guru member kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu, 5) Memberi evaluasi dan 6) Kesimpulan

C. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction)
Metode pembelajaran yang berdasarkan masalah yang ditemukan siswa dalam proses pembelajaran dapat dijadikan strategi pembelajaran agar masalah yang dihadi siswa dapat teratasi. Dalam hal ini, guru harus jeli melihat permasalahan siswa dalam belajar dalam rangka menentukan sarana atau alat pendukung pembelajaran. Disamping itu, guru juga harus bisa merangsang motivasi siswa dalam proses belajar agar mereka berpartisipasi aktif dalam pemecahan masalah tersebut. Menurut Depdiknas (2007:12) tentang langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih, 2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.), 3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah, 4) Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya, dan 5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan prosesproses yang mereka gunakan.

D. Kepala Bernomor Struktur
Medote pembelajaran ini dilakukan dalam kelompok, dimana setiap siswa dalam satu kelompok memiliki nomor tertentu yang akan dijadikan patokan dalam penentuan pembagian tugas berangkai dalam proses belajar. Adapun langkah-langkahnya menurut Depdiknas (2007:11) adalah sebagai berikut: 1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, 2) Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai.
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bias saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka, 4) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain, dan 5) Kesimpulan  

E. Group Investigation
Metode pembelajaran ini mendorong siswa untuk aktif dan kreatif selama proses pembelajaran dimana setiap kelompok harus bersifat heterogen dalam melakukan penyelidikan yang biasanya dilakukan di luar kelas, seperti penyelidikan jumlah dan jenis buku di perpustakaan sekolah, mendata tanaman atau menyelidiki tanaman dalam pelajaran biologi dan lain-lain.
Menurut Yadi Rosadi (2007:9) dalam Oktorika Edina (2010:15) bahwa model koperatif tipe Group Investigation dengan sintaksnya: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward. Sedangkan Depdiknas (2007:14) menyatakan bahwa langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut: 1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen, 2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok, 3) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain, 4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan, 5) Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok, 6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan, 7) Evaluasi, dan 8) Penutup.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa guru memiliki banyak pilihan dalam menentukan metode pembelajaran dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajarannya. Guru juga bisa memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan mata pelajaran. Penerapan metode-metode pembelajaran sangat diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Disamping itu, penerapan metode yang tepat akan mendorong siswa untuk aktif dan kreatif selama proses pembelajaran berlangsung.

2.3 Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples
             Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan KD. Menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non-contoh akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting. Joyce and Weil (1986) dalam Buehl (1996) (WWW. Google.com) telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan model inkuiri untuk memperkenalkan konsep yang baru dengan metode Example Non example. Langkah-langkah:
  1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
  2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat infokus.
  3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa gambar.
  4. Melalui diskusi kelompok 2 - 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
  5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
  6. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Buehl (1996) (WWW. Google.com) keuntungan dari metode Example non Example antara lain Siswa berangkat dari satu contoh yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian Example.

2.4 Pengertian Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.     
Pengertian belajar menurut beberapa ahli Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu  itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.
Menurut pengertian secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 
Dalam arti luas, proses belajar dapat dipahami dengan salah satu bentuk aktifitas psikis atau mental yang belangsung dalam proses interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan kognitif, pemahaman, nilai sikap dan ketrampilan. Konteks perubahan tersebut Nampak dalam tingkah laku siswa atau prestasi siswa. Menurut Slameto (1987:3) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri.
Berdasarakan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri melalui interaksi dengan lingkungan.
Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
  1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
  2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
  3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
  4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:
  1. Adanya dorongan rasa ingin tahu
  2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
  3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.
  4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.
  5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
  6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.
  7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
  8. Untuk mengisi waktu luang.

2.5  Pengertian Hasil Belajar
Guna memahami arti dari hasil belajar, maka perlu mengemukakan defines atau pengertian yang berkaitan dengan hasil belajar tersebut sehingga menjadi jelas dan pelaksaannya tidak keluar dari ketentuan-ketentuan umum yang sudah dipahami bersama.
Howard Kingsley (1999) dalam Indrawan (2008:3) menerangkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Sedangkan Howard Kingsley (1999) dalam Indrawan (2008:2) menyatakan bahwa hasil belajar yaitu hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Menurut Ibrahim (2000:6) bahwa hasil belajar dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1) dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya, ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian kompetensi peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan (c) memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan tugas lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek, pengamatan dan produk.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2004:23) bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik dalam Dimyati dan Mudjiono (2004:24) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Sedangkan Muhibbin Syah (2001:54) dalam Oktorika Edina (2010:25) mengemukakan bahwa hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir catur wulan dan sebagainya. Disini hasil belajar yang dimaksudkan adalah dalam pengertian yang terakhir, yaitu tes terakhir catur wulan. Oleh karena itu proposisi yang dipakai adalah sebagai berikut: Pertama, hasil belajar murid merupakan ukuran keberhasilan guru dengan anggapan bahwa fungsi penting guru dalam mengajar adalah untuk meningkatkan prestasi belajar murid; Kedua, hasil belajar murid mengukur apa yang telah dicapai murid; dan Ketiga, hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Pada umumnya, untuk menilai hasil belajar murid, guru dapat menggunakan bermacam-macam, seperti; achievement test, oral test, essay test, objective test, short-answer test dan lain-lain.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan dari semua proses belajar, pembentukan perilaku, perubahan dalam belajar bersifat continue, fungsional, positif dan aktif. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara tetapi bertujuan atau terarah.
2.6 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yaitu; motivasi, sikap, inteligensia, semangat dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah; keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan sekolah.
Menurut Zulfan Adnan (2008:2) dalam Oktorika Edina (2010:26) bahwa banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Orangtua pun perlu untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orangtua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. Lebih lanjut Ahmad Sudrajat (2007:14) dalam Oktorika Edina (2010:26) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain adalah; faktor dari internal meliputi: kesehatan, inteligensi, minat dan motivasi, dan cara belajar.Sedangkan faktor eksternal meliputi: keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.
Sementara itu Sardiman (2005:97) menyatakan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari tiga (3) factor dominan, yaitu: a) keluarga, berkaitan dengan orang tua, suadara laki-laki dan perempuan serta kerabat yang berinteraksi dengan anak tersebut, b) factor masyarakat, yang berkaitan dengan teman sebaya dan anggota masyarakat, dan c) faktor sekolah, yang berakitan dengan fsilitas sekolah, lokasinya, jaraknya dengan temapt tinggal si anak, pendekatan pembelajaran yang diterapkan, peraturan sekolah, kurikulum dan ekstra kurikuler.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor dominant yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari; kesehatan, tingkat inteligensi, minat dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi; faktor keluarga, lingkungan masyarakat dan sekolah. Baik faktor internal maupun eksternal sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, orang tua harus memperhatikan faktor-faktor tersebut dalam membimbing anaknya agar dapat mencapai prestasi dalam belajarnya.

2.7 Tinjauan Tentang Pembelajaran PKn
Pendidikan Kewarganegaraan termasuk pelajaran bidang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari teori-teori serta perihal sosial yang ada di sekitar lingkungan masyarakat kita. Mata pelajaran PKn merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa SMP dengan jumlah jam belajar yaitu dua (2) jam pelajaran setiap minggu.
Tujuan pembelajaran PKn pada siswa agar siswa memahami pentingnya menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlakui dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa, bernegara dan memaknai proklamasi kemerdekaan dan konstitusi. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007:59) bahwa tujuan pembelajaran PKn pada siswa SMP adalah untuk peningkatan kesadaran dan wawasan siswa akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupannya. Pembelajaran PKn membahas makna kepedulian terhadap ketentuan hak dan kewajiban warga negara menurut Undang-Undang Dasar 1945, mengembangkan sikap yang lebih mendahulukan kewajiban daripada hak, dan menunjukkan perilaku yang memperhatikan keterlaksanaan hak dan kewajiban warga Negara dalam masyarakat. Menurut Agus Dwiyono dkk (2002:13) dalam Oktorika Edina (2010:30) bahwa kepedulian dapat diwujudkan kedalam berbagai bentuk perbuatan, misalnya kepedulian terhadap lingkungan alam yang berarti tidak hanya memanfaatkannya saja melainkan menjaga dan melestarikannya.
Secara garis besarnya bahwa pembelajaran PKn menitik beratkan pada pembahasan Pancasila sebagai falsafah bangsa dan landasan berbangsa dan bernegara, ketaatan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, kehidupan berbangsa dan bernegara, tatanan kemasyarakatan, sosial budaya, kerukunan umat beragama, pentingnya persatuan dan kesatuan, kedaulatan negara, prinsip keadilan dan hukum, pengembangan sikap saling hormat menghormati, penerapan politik dalam dan luar negeri Indonesia, jalinan hubungan bilateral dan multilateral, eksistensi Indonesia dalam era globalisasi, dan lain-lainnya yang berkaitan dengan berbangsa dan bernegara.

2.8 Hubungan Antara Model Pembelajaran examples non examples dan Hasil
Belajar
Dengan demikian model pembelajaran Examples non Examples yang diterapkan guru dalam menagajar sangat mempengaruhi tingkat pemahaman siswa dan akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar mereka. Dengan kata lain, model
pembelajaran Examples non Examples yang diterapkan sesuai dengan kondisi dan daya serap siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya dalam mata pelajaran apapun. Oleh sebab itu, model pembelajaran Examples non Examples mempunyai hubungan yang signifikan dalam menignkatkan hasil belajar siswa. Apabila penggunaan model pembelajaran itu tepat, maka hasil belajar siswa akan baik. Namun bila pemilihan dan penerapan model pembelajaran itu tidak baik, maka akan mempengaruhi bahwa hasil belajar siswa juga tidak akan memuaskan.

2.9 Hipotesis Penelitian                                           
Berdasarkan konsep dan teori diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut “Ada Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako”.

















BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Lokasi kegiatan penelitian ini yaitu di SMP Negeri 3 Bangko Pusako Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir yang berlokasi di Jalan lintas Riau - Sumut.

3.1.2 Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juni 2012.

3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako pada Tahun Pelajaran 2011/2012. Populasi penelitian ini terdiri dari 2 (dua) ruang kelas terdiri dari; kelas VII 1 sebanyak 44 siswa, kelas VII 2 sebanyak 45 siswa. Jadi jumlah populasi keseluruhan yaitu 89 siswa. (sumber : tata usaha SMP Negeri 3 Bangko Pusako)

3.2.2 Sampel Penelitian
Berdasarkan populasi diatas, maka dalam menentukan sampel penelitian ini penulis berpedoman pada pendapat S. Nasution (1997:46) yang mengatakan bahwa ”tidak ada ketentuan pasti berapa jumlah sampel yang harus diambil untuk tujuan penelitian, namun sampel yang diambil harus mewakili kondisi populasi”.
Dengan demikian teknik pengambilan sampel penelitian ini yaitu ”teknik sampel purposif”. Teknik sample purposif adalah pengambilan sampel berdasarkan tujuan dan kegunaan penelitian. Artinya, jumlah sampel yang diambil harus dapat memenuhi dan menjawab tujuan dan kegunaan penelitian (Suharsimi Arikunto, 2001:118) dalam Oktorika Edina (2010:35).
Sampel yang diambil adalah yang homogen berdasarkan hasil tes pendahuluan untuk penyaringan sampel penelitian. Jadi kemampuan siswa yang homogen adalah siswa kelas VII 1 dengan jumlah siswa 44 orang dan kelas VII 2 dengan jumlah siswa 45 orang. Jadi jumlah sampel penelitian ini yaitu 89 siswa. Kelompok kelas siswa pertama dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kelas siswa kedua dijadikan kelompok kontrol.

3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian ini bersifat kuantitatif. Artinya analisis data yang dilakukan terhadap sampel penelitian melalui pendekatan statistik guna mengetahui hasil belajar PKn kedua kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran yang berbeda. Dengan demikian, apabila terdapat perbedaan hasil belajar dari kedua kelompok ini nantinya secara signifikan, tentu hal itu merupakan sebagai dampak dari perlakukan pembelajaran yang berbeda. Namun apabila hasil belajar kedua kelompok tersebut nantinya ternyata sama atau
berimbang, maka dapat dinyatakan bahwa metode Exsamples non Examples  itu tidak mengakibatkan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan dibanding dengan metode konvensional.
Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua (2) variabel, yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas adalah “hasil belajar siswa kelompok eksperimen” yang diajar dengan metode Examples non Examples, sedangkan variable terikat adalah “hasil belajar siswa kelompok kontrol” yang dijadikan patokan pengukuran meningkat atau tidaknya hasil belajar siswa kelompok eksperimen. Desain penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Metode Konvensional

Metode
Examples non Examples
Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dalam Mata Pelajaran PKn

Hasil Belajar Kelompok Kontrol dalam MataPelajaran PKn

 







Sedangkan implementasi kegiatan pembelajaran dan tes yang diberikan kepada kedua kelopok siswa tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian

Model Pembelajaran
Sampel
Kelas
Kegiatan
Examples non examples
Eksperimen
VII 1
T1
X 1,2
T2
Konvensional
Kontrol
VII 2
T1
X 1,2
T2

Catatan:
§  · Dimodifikasi dari Evlyn Hatch dan Hossein Farhady (1987: 20)
§  · T1 = Pretes
§  · X 1,2 = Kegaitan Pembelajaran
§  · T2 = Postes

3.4 Materi dan Prosedur Pembalajaran
3.4.1 Materi Pembelajaran
Materi mata pelajaran PKn yang akan diajarkan kepada kedua kelompok sampel penelitian diambil dari buku panduan pelajaran PKn untuk kelas VII SMP. Adapun materi pelajaran PKn yang dipelajari dengan menggunakan metode Examples non Examples ini yaitu: 1) Kemerdekaan  Mengemukakan Pendapat. Materi pelajaran tersebut diambil dari buku panduan PKn untuk kelas VII SMP yang diterbitkan oleh Erlangga untuk Tahun Pelajaran 2009/2010.

3.4.2 Prosedur Pembelajaran
Sedangkan kegiatan pembelajaran untuk mata pelajaran PKn kepada sample penelitian dengan perlakuan khusus melalui penerapan metode Examples non Examples dan siswa kelompok kontrol dengan metode konvensional ini adalah sebagai berikut:
1.      Kelompok Eksperimen
Prosedur pembelajaran untuk kelompok eksperimen adalah sebagai berikut:

a.        Kegiatan awal
-         Kesiapan kelas dalam pembelajaran ( absensi, kebersihan kelas, dll).
-         Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi  yang akan dipelajari.
b.    Kegiatan Inti
-          Menerangkan kompetensi yang hendak dicapai.
-          Memberikan kesempatan siswa mengajukan pertanyaan sebelum mengelompokkan siswa.
-          Membentuk kelompok-kelompok dan memberikan penjelasan tentang materi pelajaran dalam proses pelaksanaan metode Exsamples non Examples
-          Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
-          Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat infokus.
-          Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa gambar.
-          Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
-          Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
-          Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

c. Kegiatan Penutup
-          Melakukan penilaian (assessment) kepada siswa.
-          Menyimpulkan pelajaran
-          Mengakhiri kegiatan belajar mengajar.

2. Kelompok Kontrol
a. Kegiatan Awal
-          Memeriksa kehadiran siswa.
-          Memotivasi siswa
-          Mengarahkan siswa terhadap topik bahasan
b. Kegiatan Inti
-          Menerangkan kompetensi yang hendak dicapai.
-          Menyuruh siswa untuk membuka buku teks PKn.
-          Meminta siswa untuk membaca kembali materi ajar secara individu.
-          Menerangkan materi ajar kepada siswa.
-          Menjawab pertanyaan siswa jika ada.
c. Kegiatan Penutup
-          Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan pada sesi terkahir sebelum pembahasan selesai.
-          Melakukan penilaian (assessment) kepada siswa.
-          Menyimpulkan pelajaran
Mengakhiri kegiatan belajar mengajar

3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang diguanakn dalam penelitian ini yaitu perangkat pembelajaran dan alat pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
1. Perangkat Pembelajaran
a.  Silabus
b. Rencana Pelaksanan Pembelajaran
Adalah suatu pedoman yang disusun secara sistematis oleh penulis yang terdiri dari Standar Kompetensi, Komptensi Dasar, Materi Ajar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Proses Pembelajaran, Alokasi Waktu serta Instrumen Evaluasi yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
c.  Buku Panduan Siswa
Adalah buku panduan pembelajaran yang berhubungan dengan materi ajar yang berisikan topik – topik untuk kegiatan pembelajaran PKn untuk tingkat SMP.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data ini digunakan untuk mengetahui daya serap, efektifitas dan belajar siswa dalam menguasai materi ajar PKn. Adapun jenis alat untuk mengumpulkan data adalah tes yang terdiri dari pretes dan postes

3.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data terdiri dari teknik observasi, riset kepustakaan, dokumentasi dan teknik tes sebagai berikut:
3.6.1 Teknik Observasi
Terknik observasi adalah kegiatan pengamatan langsung kegiatan pelaksanaan pembelajaran oleh penulis dalam melaksanakan Model Pembelajaran Examples non Examples pada setiap sesi kegaitan belajar mengajar di kelas SMP Negeri 3 Bangko Pusako serta terhadap siswa dalam proses pembelajaran, pengumpulan data dan pencatatan secara sistematis terhadap faktor – faktor dan yang ditemukan dalam objek penelitian. Dengan demikian, teknik observasi dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang implementasi kegiatan pembelajaran dan aplikasi Model Pembelajaran Examples non Examples dalam pembelajaran PKn dengan cara mengamati dan mengawasi langsung tentang penggunaan Model Pembelajaran Examples non Examples untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas SMP Negeri 3 Bangko Pusako.

3.6.2 Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan diperlukan untuk mendapatkan teori – teori yang revelan untuk mendukung kegaitan penelitian ini dalam usaha menyusun kerangka teoritis. Teknik kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan teori – teori dan konsep – konsep yang berkaitan dengan Model Exaples non Examples, pembelajaran PKn, cara menentukan sample dan lain – lain yang bersifat mendukung penelitian ini.

3.6.3 Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan benda – benda seperti dokumen nilai, catatan aktivitas siswa, aktivitas guru dalam melaksakan kegaitan pembelajaran, dan hal – hal yang lain yang berhubungan dengan jumlah siswa serta keadaan Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bangko Pusako.
3.6.4 Teknik Tes
Teknik yang digunakan penulis untuk memperoleh data dari sample penelitian adalah dengan mendistribusikan item tes kepada mereka yang berkaitan dengan materi ajar PKn. Adapun tes yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Pre Tes
Pre tes diberikan kepada dua kelompok siswa yang mendapatkan perlakukan pembelajaran yang berbeda, dimana pre tes ini dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai. Tujuan dari pre tes ini adalah untuk mengetahui kompetensi siswa kedua kelompok tersebut dalam pelajaran PKn yang mana  hasilnya nanti untuk menentukan rumus Test-t yang akan digunakan selanjutnya akan dibandingkan dengan hasil belajar siswa setelah melalui serentetan proses pembelajaran.
Disamping itu, hasil pre tes juga digunakan untuk patokan awal kemampuan siswa sebelum diajar dengan metode Examples non Examples (kelompok eksperimen) dan metode konvensional (kelompok kontrol). Adapun jumlah item pertanyaan yang didistribusikan pada saat pre tes adalah 20 item dalam bentuk pertanyaan objektif dengan pilihan ganda.
2. Pos Tes
Sedangkan pos tes diberikan kepada sample setelah penulis melakukan serentetan proses pembelajaran dengan menggunakan metode yang berbeda untuk kedua kelompok siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako. Pada pos tes ini
hasil belajar siswa kelompok eksperimen yang diajar dengan metode Examples non Examples akan dibandingkan dengan hasil belajar siswa kelompok kontrol yang diajar dengan metode konvensional/ceramah.
Item pertanyaan yang didistribusikan kepada sampel penelitian ini jumlah dan bentuknya sama dengan item pertanyaan pada saat pre tes, yaitu sebanyak 20 item dengan bentuk tes objektif dalam bentuk pilihan ganda. Hal ini dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas data penelitian yang dijadikan sebagai hasil atau temuan penelitian.

3.7  Teknik Analisis Data
Teknik analisis data hasil belajar siswa setelah diajar dengan pendekatan examples non examples berdasarkan rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.7.1  Aktivitas Guru
Teknik penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran ini yaitu pada kelas Eksperimen dengan opsi penilaian; yaitu; a) sangat sempurna, b) sempurna, c) cukup sempurna, d) kurang sempurna, dan e) tidak sempurna. Untuk analisis data aktivitas guru kelas eksperiman sebagai berikut :
                   
SS        (5)        =          29,5 ­                            35
S          (4)        =          23,9                             29,4
CK      (3)        =          18,7                             23,8
KS       (2)        =          12,7                             18,6
TS        (1)        =              7                              12,6

3.7.2  Aktivitas Siswa
Teknik penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran ini yaitu kelas Eksperimen dengan opsi penilaian; yaitu; a) Sangat Tinggi, b) Tinggi, c) Rendah, dan d) Sangat Rendah. Untuk analisis data aktivitas siswa kelas Eksperimen sebagai berikut :
Apabila dilakukan = 1
Apabila tidak dilakukan = 0


           

ST        (4)        =          199                              264
T          (3)        =          133                              198
R         (2)        =          67                                132
SR       (1)        =          0                                  66
Keterangan :
ST        =          Sangat Tinggi
T          =          Tinggi
R         =          Rendah
SR       =          Sangat Rendah

3.7.3  Hasil Belajar
Untuk menguji hipotesis yang dikemukakan, maka digunakan teknik analisis statistik  dengan membandingkan hasil belajar rata-rata yang dicapai oleh siswa yang diterapkan model pembelajaran examples non examples dengan siswa yang diterapkan model konvensional.
Dari perbandingan  hasil belajar yang diperoleh dua kelompok tersebut akan memperlihatkan salah satu kelompok yang mempunyai hasil belajar yang lebih tinggi. Untuk memperoleh salah satu alternatif itu, maka dilakukan suatu pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dengan menggunakan rumus test-t terhadap hasil belajar yang dicapai dua kelompok tersebut. Rumus test-t yang digunakan ad alah sebagai berikut :
a.      Untuk Menentukan Nilai Rata-Rata Masing-Masing Kelas
1)      Nilai rata-rata kelas VII 1
2)      Nilai rata-rata kelas VII 2
Keterangan      :
     = Simbol rata-rata untuk kelas VII 1
     = Simbol rata-rata untuk kelas VII 2
      = Menyatakan nilai ujian
       = Menyatakan frekuensi nilai  yang bersesuaian
    =  Menyatakan jumlah frekuensi kelas VII 1
    =  Menyatakan jumlah frekuensi kelas VII 2
   = Menyatakan jumlah setelah dikalikan antara frekuensi dengan nilai ujian (yang bersesuaian)

b.      Menentukan nilai varian yaitu:
(Zulfan Ritonga, 2007:42)
Keterangan :    
S2     = varians
xi       = rata-rata
    = Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi
n     =
1         = Konstanta

c.        Uji Homogenitas
Langkah awal uji homogenitas adalah menghitung varians dari masing-masing kelompok digunakan rumus:
Fhitung =
Ftabel =   
dikonsultasikan dengan distribusi F, maka didapat nila Ftabel
Sampel dikatan homogen dengan kriteria pengujian jika  terletak antara  (- < < ), di mana  didapat dari distribusi   t  dengan derajat kebebasan dk= + -2 dengan peluang 1- 0,5 α ( =0,05)

d.      Untuk menentukan terhitung distribusi student
t  =
(Zulfan Ritonga, 2007:87)
Keterangan :
     t           = Symbol statistik
           = Jumlah skor rata-rata kelas eksperimen
           = Jumlah skor rata-rata kelas kontrol
        = Jumlah  Hasil Kuadrat
        = Jumlah  Hasil Kuadrat
     n1         = Jumlah sample kelas eksperimen
     n2         = Jumlah sample kelas kontrol
Derajat kebebasan (dk) untuk daftar distribusi student (t) adalah dk = (N1+N2-2) dengan taraf signifikan 5%.



e.        Kriteria Pengujian Hipotesis
Hasil analisis data ini digunakan untuk menguji hipotesis tindakan penelitian ini sebagaimana berikut ini:
Ha : Ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode examples non examples dan siswa yang diajar dengan metode konvensional dalam pelajaran PKn di SMP Negeri 3 Bangko Pusako.
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode examples non examples dan siswa yang diajar dengan metode konvensional dalam pelajaran PKn di SMP Negeri 3 Bangko Pusako.
Atau terima Ha : jika  >
tolak Ho : jika  <
Keterangan: Derajat kebebasan (dk) untuk daftar distribusi students (t) adalah dk = (  +  – 2) dengan taraf siignifikan 5 %. (Anas Sudijono, 2001:313-316)                            













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat SMP N 3 Bangko Pusako
Kecamatan Bangko Pusako merupakan sebuah kecamatan yang pada mulanya masih bergabung dengan kecamatan Rimba Melintang. Walaupun masih termasuk kategori sebagai sebuah kecamatan yang baru berkembang, Kecamatan Bangko Pusako telah mempunyai sekolah-sekolah sebagai wadah membina masyarakat untuk menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Dan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kecamatan ini berdiri pada juli tahun 2002.
Kecamatan Bangko Pusako yang mempunyai wilayah yang cukup luas dengan jumlah penduduk yang cukup banyak pula yang tersebar di daerah-daerah sepanjang Jalan Lintas Riau-Sumatera Utara
Aspirasi untuk membuka SMP Negeri 3 Bangko Pusako ini dimulai dari pemikiran H. Norsim. K sebagai tokoh masyarakat yang sangat peduli dengan pendidikan di Kecamatan Bangko Pusako yang kemudian disampaikan kepada Bahtiar. MT yang pada waktu itu menjabat sebagai Kimpraswil Rokan Hilir. Aspirasi ini kemudian langsung disetujui oleh H. Annas Maamun yang menjabat sebagai Ketua DPRD dan disahkan oleh H. Thamrin Hasyim selaku Bupati Rokan Hilir.
Dilihat dari proses awal berdirinya, SMP Negeri 3 Bangko Pusako tak lepas dari dukungan dan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan masyarakat. Karena tanpa adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan masyarakat, maka sesuatu hal yang ingin dicapai tentu saja akan mengalami berbagai hambatan.

4.1.2        Visi dan Misi Sekolah SMP N 3 Bangko Pusako
Visi
Unggul Dalam Prestasi, Terdidik Berdasarkan IPTEK Dan IMTAQ Dan Terpercaya

Misi
Ø  Meningkatkan PBM yang efektif dan efisien
Ø  Menigkatkan semangat berprestasi dan disiplin waktu kepada semua warga sekolah
Ø  Meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar
Ø  Mengembangkan minat baca siswa
Ø  Mengembangkan pendidikan agama
Ø  Meningkatkan prestasi olahraga siswa
Ø  Menumbuhkembangkan bidang seni dan budaya

Tujuan
Ø   Terlaksana PBM dengan baik, meningkatkan nilai UAS/UAN
Ø  Memiliki masyarakat sekolah yang disiplin waktu
Ø  Menciptakan tenaga pengajar yang berkualitas
Ø  Memiliki masyarakat sekolah yang gemar membaca
Ø  Meningkatkan kualitas pelaksanaan ibadah sesuai Agama yang dianut
Ø  Memiliki prestasi olahraga yang tinggi serta sehat jasmani dan rohani
Ø  Menciptakan masyarakat sekolah yang berseni dan berbudaya

4.1.3  Struktur Organisasi Sekolah SMP N 3 Bangko Pusako
Guna melaksanakan kegaitan belajar mengajar di sekolah serta mereflesikan sekolah sebagai organisasi sekolah, maka SMP Negeri 3 Bangko Pusako memiliki struktur organisasi sekolah yang mencerminkan pembagian tugas dan wewenang serta jalur koordinasi antara atasan dan bawahan. Struktur organisasi sekolah terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, majelis guru, dan siswa. Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi sekolah dapat dilihat pada denah berikut ini.












Gambar 1: Struktur organisasi sekolah menengah pertama (permendiknas no.19 tahun 2007)

IX

KOMITE SEKOLAH

Suyanto

STAKE HOLDER/

PERG. TINGGI

KEPALA SEKOLAH
H. ISMAIL, S.Pd
 
          
LAB.IPA/LAB.KOMPUTER/
PUSTAKA/DLL

KAUR KURIKULUM

Riyanti Sinaga, S.P

KAUR KESISWAAN

Samsul Bahri Hasibuan, SE

URUSAN SAR-PRA

Basaria Tampubolon, A.Md

KAUR HUMAS

Musfardhi, SE

KETUA BP

KETUA EKSTRA

W, KELAS

VII


PENGELOLA

SISWA - SISWA

MAJELIS GURU

KELOMPOK

MGMP

SEKOLAH

WAKIL KEPALA SEKOLAH
Rismawaty Br Sinaga, SH
TATA USAHA
SEKOLAH

TIM PENGEMBANG

KURIKULUM(TPK)

TIM PENGEMBANG

SEKOLAH(TPS) SMP

KOORDINATOR
PENGEMBAN DIRI

VIII

IX

LAB.IPA/LAB.KOMPUTER/
PUSTAKA/DLL

VIII

 


































4.1.4 Sarana dan Prasarana
Untuk kepentingan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan kebutuhan –kebutuhan yang erat kaitannya dengan sekolah Adapun sarana dan prasarana di SMP Negeri 3 Bangko Pusako pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :
1. Gedung belajar yang terdiri dari 9 kelas lengkap dengan isinya yang terdiri dari:
o   Meja dan kursi siswa yang berjumlah 30 unit.
o   Meja dan kursi untuk guru.
o   Papan tulis (white board).
o   Tata tertib siswa dan sanksinya.
o   Gorden dan sarana penunjang lainnya.
2. Ruang kantor sebanyak 12 ruangan yang terdiri dari :
Ø  1 ruangan untuk kepala sekolah.
Ø  1 ruangan untuk wakil kepala sekolah bagian kurikulum.
Ø  1 ruangan untuk wakil kepala sekolah bagian kesiswaan.
Ø  1 ruangan untuk wakil kepala sekolah bagian humas.
Ø  1 ruangan untuk wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana.
Ø  1 ruangan untuk majelis guru.
Ø  1 ruangan untuk tata usaha yang dilengkapi dengan 1 unit komputer untuk administrasi sekolah.
Ø  1 ruangan untuk ruang sidang yang sering dipakai untuk laboratorium komputer dengan 7 unit komputer di dalamnya.
Ø  3 ruangan untuk gudang dan salah satu ruangan tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan peralatan drum band.
Ø  1 ruangan untuk toilet guru.
3. Ruang perpustakaan (1 unit) yang dilengkapi dengan :
§  Peta Dunia, Indonesia, Provinsi Riau, dan Kabupaten Rokan Hilir.
§  Globe.
§  Buku-buku pelajaran.
§  Buku-buku bacaan dan majalah.
4. Mushalla (1 unit)
5. Toilet Siswa (3 unit)
6. Ruang Parkir (1 unit)
7. Kantin Sekolah (3 unit)
8. Ruang Diesel (2 unit)
9. Alat-alat olahraga seperti bola volley, bola takraw, bola kaki, bola basket, net,    dan lain-lain.

4.1.5 Jumlah Tenaga Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Siswa
Jumlah tenaga pendidik yang terdapat di SMP N 3 Bangko Pusako sudah mencukupi sesuai dengan jumlah mata pelajaran dan siswa yang ada. Adapun jumlah guru yang bertugas dalam memberikan pelayanan pendidikan yaitu sebagai berikut:







Tabel 4.1
Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan
NO
NAMA / NIP
PENDIDIKAN TERAKHIR
L / P
JABATAN
JURUSAN / TAHUN
1
H. Isamil, S.Pd
S 1 PPKn 2005
L
Kepala Sekolah
Nip. 19600323 1985121001
2
Rismawaty Br Sinaga, SH
S 1 Hukum 2000
P
Waka.Sekolah
Nip. 19780803 2007012020
3
Sri Hayati, A.Ma
D II PGK 2007
P
Bendahara
Nip. 19840601 2008012016
4
Riyanti Sinaga, S.P
S 1 Pertanian 1999
P
Guru/Kaur.Kurikulum
5
Samsul Bahri Hasibuan, SE
S 1 Ekonomi 2000
L
Guru/Kaur.Kesiswaan
6
Basaria Tampubolon, A.Md
D III Manajemen 1997
P
Guru/Sarana Prasarana
7
Musfardhi, SE
S 1 Ekonomi
L
Guru/Kaur.Humas
8
Frencius Sinaga, A.Md
D III Tekhnik 1999
L
Guru/Kaur.Humas
9
Sujana Siregar, SH
S 1 Hukum 2005
P
Guru/Ka.Tata Usaha
10
Yusran, S.Sos.I
S 1 Dakwah 2003
L
Guru
11
Pukka Simanjorang, S.Pt
S 1Peternakan 1998
L
Guru
12
Leni Simanungkalit, SE
S 1Ekonomi 2001
P
Guru
13
Syafriawan, SH.I
S 1 Hukum Islam2000
L
Guru
14
Saida Simanjorang, S.Pd
S 1 B.Inggris 2005
P
Guru
15
Latifah Hanum, S.Pd
S 1 Matematika 2007
P
Guru
16
Werita Sihotang, S.Pd
S 1 Matematika 2006
P
Guru
17
Darmayanti, S.Pd
S 1 PPKn 2011
P
Guru
18
Emi Yansipa, S.Pd
S 1 Ekonomi 2001
P
Guru
19
Armaini, A.Md
D III Komputer 2001
P
Guru
20
Firmansyah, A.Md
D III Penjaskes  2010
L
Guru
21
Desi Patrisia, A.Ma
D II PGK 2007
P
Guru
22
Salina
SMA IPS 2001
P
Guru
23
Ekarwafi
SMA  IPS 2003
L
Staf Tata Usaha
24
Misda Yeni
SMA IPS 2005
P
Tata Usaha
25
Hendra. R
SMA IPS 2003
L
Pjg. Sekolah
Sumber : SMP Negeri 3 Bangko Pusako, 19 Maret 2012

Berdasarkan jumlah tenaga pendidik yang bertugas di SMP Negeri 3 Bangko Pusako sudah cukup bila dibandingkan dengan jumlah ruang kelas yang ada di sekolah tersebut. Dengan demikian, pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah melalui tenaga pendidik dapat terlaksana dengan baik sehingga kekosongan kegiatan belajar di kelas dapat dihindari. Disamping itu, guru yang mengajar mata pelajaran yang sama membentuk team teaching agar bisa saling bertukar pikiran dan bisa menggantikan rekannya yang berhalangan mengajarpada hari - hari tertentu.
Tabel 4.2
Jumlah Siswa/i SMP Negeri 3 Bangko Pusako
Jumlah siswa yang menuntut ilmu di SMP Negeri 3 Bangko Pusako Tahun Ajaran 2011-2012. Sebagai berikut :
ROMBEL
K  E  L  A  S
JUMLAH
M U T A S I
K
E
 T
VII
VIII
IX
VII
VIII
IX
MASUK
KELUAR
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
2
2
2
44
45
34
38
35
35
233
1
-
-
-

Sumber : SMP Negeri 3 Bangko Pusako, 19 Maret 2012

4.2   Analisis Pengunaan Model Pembelajaran Examples non Examples untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa
Proses implementasi model pembelajaran Examples non Examples dan model pembelajaran konvensional kepada siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Bangko Pusako dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan. sebagaimana berikut ini :

4.2.1 Sebelum Perlakuan
4.2.1.1. Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini penulis mempersiapkan instrumen penelitian untuk kelas Eksperimen dan kelas kontrol. untuk kelas Eksperimen yang terdiri dari silabus dapat dilihat pada lampiran 1, Rencana Pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 2a dan 2b, lembar aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 5a.b dan lembar aktivitas untuk siswa yang dapat dilihat pada lampiran 6a.b Sedangkan untuk kelas kontrol, penulis menyiapkan perangkat pembelajaran, yaitu silabus yang dapat dilihat pada lampiran 1, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dapat dilihat pada lampiran 2c, dan 2d. Pada tahapan ini penulis juga merancang soal untuk pre tes dan pos tes serta lembaran jawaban siswa yang jumlah soalnya sebanyak 20 dan berbentuk objektif

. 4.2.1.2. Pre Tes
Pada poin ini, penulis mengemukakan pembahasan tentang hasil tes yang telah diberikan kepada siswa yang terdiri dari dua kelas guna mengetahui tingkat pemahaman mereka terhadap mata pelajaran PKn sebelum menerapkan model pembelajaran Examples non Examples serta untuk mengetahui homogenitas siswa dari dua kelas tersebut yang menjadi sampel penelitian ini. Jumlah Siswa kelas Eksperimen yaitu 44 orang siswa, sedangkan kelas Kontrol berjumlah 45 orang siswa. Adapun soal yang akan diujikan kepada mereka sebanyak 20 soal yang berbentuk tes objektif.


1.      Hasil Pre Tes Kelas eksperimen
Hasil pre tes kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3
Distribusi Hasil Belajar Kelas Eksperimen (Kelas VII 1 )
Pada pre tes
No
Interval Skor
Kategori
F
Frekuensi Relatif
1
2
3
4
90 – 100
70 – 89
50 – 69
0 – 49
Amat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
1
6
28
9
2,27 %
13,63 %
63,63 %
20,45 %

Jumlah

44
100 %
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa hanya ada 1 (satu) orang siswa kelas eksperimen yang memperoleh kategori “Amat Baik” pada pre tes yang telah dilaksanakan. dan 6 (enam) orang siswa yang memperoleh kategori “Baik” atau 13,63 persen dari jumlah keseluruhan sampel eksperimen, sebanyak 28 (dua puluh delapan) orang siswa atau 63,63 persen memperoleh kategori “Cukup Baik” dan sebanyak 9 (sembilan) orang siswa atau 20,45 persen siswa kelas eksperimen memperoleh nilai dengan kategori “Kurang Baik” pada saat pre tes. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas eksperimen perlu peningkatan pengetahuan didalam materi PKn.
Sesuai hasil pengolahan lanjutan (lampiran 3a), maka dapat dilihat bahwa nilai rata- rata hasil pre tes kelas eksperimen (kelas VII 1) adalah nilai rata 59,5 dan nilai varians kelas tersebut adalah 182,96.
                       
2.      Hasil Pre Tes Kelas Kontrol
Hasil pre tes kelas kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Distribusi Hasil Belajar Kelas Kontrol  (Kelas VII 2)
Pada pre tes
No
Interval Skor
Kategori
F
Frekuensi Relatif
1
2
3
4
90 – 100
70 – 89
50 – 69
0 – 49
Amat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
1
7
26
11
2,27 %
11,11 %
59,09 %
24,44 %
Jumlah
45
100 %

Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa hanya ada 1 (satu) orang siswa kelas kontrol yang memperoleh kategori “Amat Baik” pada pre tes yang telah dilaksanakan. Hanya 7 (tujuh) orang siswa yang memperoleh kategori “Baik” atau 11,11 persen dari jumlah keseluruhan sampel kontrol, sebanyak 26 (dua puluh enam) orang siswa atau 59,09 persen memperoleh kategori “Cukup Baik” dan 11 orang siswa atau 24,44 persen yang meraih kategori “tidak Baik” pada saat pre tes. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas kontrol masih mengalami kesulitan dalam memahami materi ajar PKn.
Sesuai hasil pengolahan lanjutan (lampiran 3a), maka dapat dilihat bahwa nilai rata- rata hasil pre tes kelas eksperimen (kelas VII 2) adalah nilai rata 61,86 dan nilai varians kelas tersebut adalah 173,8.       
. 4.2.1.3. Penentuan Homogenitas
Untuk menentukan apakah varians kedua kelompok memiliki homogenitas atau tidak, dapat diketahui dengan cara membagi nilai varians besar dengan nilai varians kecil, dan hasilnya adalah Fhitung 1,05 kemudian didapat Ftabel yaitu 6,96.
Dari hasil pengolahan data lanjutan (lampiran 4 ), dapat dijelaskan bahwa Fhitung  < Ftabel ­yaitu 1,05 < 6,96 ini berarti kedua kelas tersebut yaitu kelas VII 1 dan kelas VII 2 adalah bersifat homogen dan penelitian ini dapat dilanjutkan untuk kedua kelas ini. Hasil ini juga dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.5
Tes Homogen Kelas VII 1 dan kelas VII 2   
Kelas
Varians
Fhitung
Ftabel
Keterangan
Kesimpulan
VII 1
VII 2
182,96
157,42
1,05
6,96
Fhitung < Ftabel
Homogen

Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa Fhitung < Ftabel yaitu 11.05 < 6.96 ini berarti kedua kelompok tersebut yaitu kelas VII 1 dan kelas VII 2 adalah bersifat homogen, seperti yang dinyatakan oleh Zulfan Ritonga (2007:88) bahwa apabila Fhitung < Ftabel kedua varians tersebut adalah homogen.
Setelah hasil pre tes diolah dari kedua kelompok tersebut dan mendapatkan hasil yang homogen, berarti penelitan ini dapat dilanjutkan dalam menentukan kelas yakni dengan teknik random sampel yaitu kelas VII 1 dan kelas VII 2  dimana siswa kelas VII 1 sebagai kelas eksperimen dan diberikan perlakuan pendekatan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples selanjutnya kelas VII 2 sebagai kelas kontrol dan diberikan perlakuan seperti proses belajar mengajar biasa tanpa manggunakan model Examples non Examples.


4.2.2. Setelah Perlakuan
Dalam perlakuan ini akan digunakan model Examples non Examples untuk diterapkan pada kelas eksperimen, dan untuk kelas kontrol tidak menggunakan model Examples non Examples. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan berikut ini:
4.2.2.1. Penerapan Model Pembelajaran Examples non Examples untuk Kelompok Eksperimen (Kelas VII 1)
Penerapan Model Pembelajaran Examples non Examples ini dilakukan pada hari selasa, tanggal 13 Maret 2012 pada jam ke 5 dan 6, adapun langkah-lngkahnya yaitu sebagai berikut :
1.      Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.      Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 2 orang
3.      Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat infokus.
4.      Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa gambar.
5.      Melalui diskusi kelompok 2 - 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
6.      Guru mempersilahkan tiap kelompok membacakan hasil diskusinya.
7.      Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Adapun pertemuan kedua dilakukan pada hari Selasa tanggal 24 Maret 2012, yang mana pertemuan kedua ini dilakukan pada jam yang sama yakni ke 5  dan 6 berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dimana langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan menggunakan langkah-langkah penggunaan model pembelajaran Examples non Examples yang sama dengan langkah-langkah pada pertemuan pertama dikelas eksperimen.

1. Analisis Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
Berdasarkan pengamatan observer terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6
Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
No
Aktivitas Guru yang
Diamati
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata
(%)
Skor
%
Skor
%
Skor
%
1
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
5
100
5
100
5
100
2
Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 2 orang
5
100
5
100
5
100
3
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat infokus.
4
80
4
80
4
80
4
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa gambar.
5
100
5
100
4
100
5
Melalui diskusi kelompok 2 - 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5
100
5
100
4
100
6
Guru mempersilahkan tiap kelompok membacakan hasil diskusinya.
5
100
5
100
4
100
7
Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
4
80
5
100
4,5
90
Jumlah / %
33
94,28
34
97,14
33,5
95,71
Klasifikasi
Sangat Sempurna
Sangat Sempurna
Sangat Sempurna
Sumber : data hasil observasi 2012
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa aktivitas yang dilakukan guru pada pertemuan pertama, dan pertemuan kedua mengalami peningkatan. Persentase aktivitas yang dilakukan guru pada pertemuan pertama adalah sebesar  94 persen dengan kategori “Sangat Sempurna”, Dan pada pertemuan kedua persentase aktivitas yang dilakukan guru mengalami peningkatan menjadi sebesar 97 persen dengan kategori “Sangat Sempurna”. Kemudian, untuk mengetahui tingkat aktivitas guru dari pertemuan pertama, dan pertemuan kedua diperoleh skor sebesar  33,5 dengan kategori “Sangat Sempurna”.
Untuk menghitung persentase aktivitas yang dilakukan guru selama proses belajar pembelajaran untuk setiap pertemuan yaitu dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh dari setiap aktivitas guru untuk setiap aspek yang diamati dibagi dengan jumlah maksimal dan dikalikan 100%. Kriteria penentuan nilai yang diperoleh guru ditentukan melalui deskriptor yang muncul.













2. Analisis Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan pengamatan observer terhadap aktivitas Siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.7
Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
No
Aktivitas   Siswa
yang Diamati
Pertemuan
I
Pertemuan
II
Rata-Rata (%)
Skor
%
Skor
%
Skor
%
1
Siswa memperhatikan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
44
100
44
100
44
100
2
Siswa mengikuti instruksi guru membentuk kelompok terdiri dari 2 0rang
44
100
44
100
44
100
3
Siswa memperhatikan petunjuk guru untuk menganalisa gambar
44
100
44
100
44
100
4
Siswa melalui diskusi kelompok, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
41
93,19
42
95,46
41,5
94,32
5
Tiap kelompok membacakan hasil diskusinya
26
59,5
30
68.22
28
63.86
6
Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
44
100
44
100
44
100
             Jumlah / %
243
92,11
248
93,94
245,5
93,03
             Klasifikasi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sumber : data hasil observasi 2012
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa aktivitas siswa kelas eksperimen pada pertemuan pertama, dan pertemuan kedua mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama, skor aktivitas siswa sebesar 243 dengan kategori “Sangat Tinggi”. Dan Pada pertemuan kedua skor aktivitas siswa sebesar 248 dengan kategori “Sangat Tinggi. Kemudian, untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa dari pertemuan pertama, dan pertemuan kedua diperoleh skor sebesar  245,5 dengan kategori “Sangat Tinggi”.      
            Untuk menghitung persentase aktivitas yang dilakukan siswa pada setiap pertemuan yaitu berdasarkan pada jumlah nilai yang didapat pada penjumlahan siswa yang melakukan aktivitas yang telah ditentukan dibagi dengan jumlah siswa, kemudian dikalikan dengan 100%. Dari nilai persentase aktivitas yang dilakukan siswa dapat dikatakan aktivitas belajar siswa telah mengalami peningkatan.

3. Hasil Pos Tes Kelas Eksperimen (Kelas VII 1)
Hasil belajar siswa kelas eksperimen diperoleh dengan memberikan pos tes dengan menerapkan model pembelajaran Examples non Examples dan hasil belajarnya dapar dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 4.8
Distribusi Hasil Belajar Kelas Eksperimen  (Kelas VII 1)
Pada Pos Tes

No
Interval Skor
Kategori
f
Frekuensi Relatif
1
2
3
4
90 – 100
70 – 89
50 – 69
0 – 49
Amat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
-
6
25
13
0
13,63
56,81
29,54
Jumlah
44
100 %

Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.8 diatas, dapat dilihat bahwa hanya ada 6 (enam) orang siswa yang memperoleh kategori “Baik” atau 13,63 persen dari jumlah keseluruhan sampel eksperimen, sebanyak 26 (dua puluh enam) orang siswa atau 59,81 persen memperoleh kategori “Cukup Baik” dan sebanyak 13 (tiga belas) orang siswa atau 29,54 persen siswa kelas eksperimen memperoleh nilai dengan kategori “Kurang Baik” pada saat pos tes. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas eksperimen sudah mengalami peningkatan hasil belajar.
Sesuai hasil pengolahan lanjutan (lampiran  7a ), maka dapat dilihat bahwa nilai rata- rata hasil pos tes kelas eksperimen (kelas VII 1 ) adalah nilai rata-rata  60,75 dan nilai varians kelas tersebut adalah 148,56.

4.2.2.2. Penerapan Model Pembelajaran Konvensional untuk Kelompok Kontrol (Kelas VII 2)
Penerapan Model Pembelajaran Konvensional atau model ceramah ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal 13 Maret 2012 pada jam ke 3 dan 4, adapun langkah-lngkahnya yaitu sebagai berikut :
a.       Menerangkan kompetensi yang ingin dicapai
b.      Menerangkan materi sesuai dengan indikator yang hendak dicapai berkaitan dengan Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat.
c.       Melakukan tanya jawab dan;
d.      Menyimpulkan dan menutup kegaitan pembelajaran
Adapun pertemuan kedua dilakukan pada hari Selasa tanggal 24 Maret 2012, yang mana pertemuan kedua ini dilakukan pada jam yang sama yakni ke 3  dan 4 berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dimana langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan menggunakan langkah-langkah penggunaan model pembelajaran konvensional yang sama dengan langkah-langkah pada pertemuan pertama dikelas kontrol.
1. Hasil Pos Tes Kelas Kontrol (Kelas VII 2)
Hasil belajar siswa kelas kontrol diperoleh dengan memberikan pos tes dengan menerapkan model pembelajaran Konvensional dan hasil belajarnya dapar dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8.9
Distribusi Hasil Belajar Kelas Kontrol  (Kelas VII 2)
Pada Pos Tes
No
Interval Skor
Kategori
f
Frekuensi Relatif
1
2
3
4
90 – 100
70 – 89
50 – 69
0 – 49
Amat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
2
7
26
10
4,44
15,55
57,77
22,22
Jumlah
45
100 %

Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa 2 (satu) orang siswa kelas kontrol yang memperoleh kategori “Amat Baik”. Hanya 7 (tujuh) orang siswa yang memperoleh kategori “Baik” atau 15,55 persen dari jumlah keseluruhan sampel kontrol, sebanyak 26 (dua puluh enam) orang siswa atau 57,77 persen memperoleh kategori “Cukup Baik” dan sebanyak 10 orang siswa atau 22,22 persen siswa kelas kontrol memperoleh nilai dengan kategori “Kurang Baik”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas kontrol sudah mengalami peningkatan hasil belajar.
Sesuai hasil pengolahan lanjutan (lampiran  7a ), maka dapat dilihat bahwa nilai rata- rata hasil pos tes kelas eksperimen (kelas VII 2 ) adalah nilai rata-rata  63,57 dan nilai varians kelas tersebut adalah 180,52.

4.2.2.3   Penetuan Homogenitas
Untuk menentukan apakah varians kedua kelompok memiliki homogenitas atau tidak, dapat diketahui dengan cara membagi nilai varians besar dengan nilai varians kecil, dan hasilnya adalah Fhitung 1,21 kemudian didapat Ftabel yaitu 6,96.
Dari hasil pengolahan data lanjutan (lampiran 7 ), dapat dijelaskan bahwa Fhitung  < Ftabel ­yaitu 1,21 < 6,96 ini berarti kedua kelas tersebut yaitu kelas VII 1 dan kelas VII 2 adalah bersifat homogeny maka untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan menggunakan uji beda 2 sampel terpisah dengan varians beda. Hasil ini juga dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.9
Tes Homogen Kelas VII 1 dan kelas VII 2   
Kelas
Varians
Fhitung
Ftabel
Keterangan
Kesimpulan
VII 1
VII 2
143,44
160,35
1.21
6.96
Fhitung < Ftabel
Homogen

Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa Fhitung < Ftabel yaitu 1.21 < 6.96 ini berarti kedua kelompok tersebut yaitu kelas VII 1 dan kelas VII 2 adalah bersifat homogen, seperti yang dinyatakan oleh Zulfan Ritonga (2007:88) bahwa apabila Fhitung < Ftabel kedua varians tersebut adalah homogen.

4.2.3.      Pengujian Hipotesis
4.2.3.1. Penetapan Alat Analisis
            Dari hasil Penilaian Siswa melalui Pos Tes terhadap kelas kontrol dan kelas eksperimen maka didapat kedua kelas tersebut Homogen. Dan karena Varians kelompok tersebut adalah homogen maka untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan menggunakan uji dua sampel terpisah dengan varians yang beda.

4.2.3.2. Menentukan Uji Beda Terhitung Distribusi Student
Hasil thitung sebesar - 1,08 kemudian dikonfirmasikan dengan ttabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α) = 5% = 0,05, dk = n1 + n2 – 2, maka diperoleh nilai ttabel adalah 1,65 thitung < ttabel atau  - 1,08 < 1,65. Artinya hasil belajar dari kedua kelas yang menggunakan model pembelajaran yang berbeda memiliki perbedaan hasil belajar siswa yang dipercaya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah disebabkan oleh adanya perbedaan dalam menggunakan model pembelajaran, yaitu pembelajaran dengan menggunakan model Examples non Examples dan pembelajaran yang dilakukan tanpa menggunakan model Examples non Examples. Apabila dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar kelas yang menggunakan model pembelajaran Examples non Examples yaitu 60,75 sedangkan nilai rata-rata pada kelas yang tidak menggunakan model Examples non Examples yaitu 63,57.

4.2.3.3. Uji Hipotesis
Tujuan diberikannya pos tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pokok bahasan “Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat” adalah Ada Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako.

Hasil pos tes kedua kelas tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 5.0
Hasil Analisis Pos Tes
Kelas
N

Varians
Hasil
Kelas Eksperimen
44
60,75
143,44
Thitung  - 1,08
Kelas Kontrol
45
63,57
160,35
Ttabel   1,65

Dari analisis tabel diatas dapat diketahui bahwa perhitungan statistik uji t bahwa nilai thitung = - 0,05 kemudian nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel  untuk dk = n1+ n2 – 2 maka 44 + 45 – 2 = 87 dengan taraf signifikan (α) = 5% , apabila dikonsultsikan dengan tabel t diperoleh thitung < ttabel  atau - 1,08 < 1,65 hal ini berarti hipotesis yang berbunyi “Ada Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako” ditolak. Artinya, perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples pada pelajaran PKn tidak mengalami peningkatan secara maksimal dibandingkan dengan siswa yang diajarkan tanpa model pembelajaran Examples non Examples.
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Examples non Examples tidak efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti bahwa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Examples non Examples  tidak mengalami peningkatan hasil belajar yang maksimal dari nilai rata-rata  59,5 menjadi 60,75. sedangkan nilai rata-rata kelas yang tidak menggunakan metode ini yaitu kelas kontrol adalah dari nilai rata-rata  61,86 menjadi 63,57. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelas kontrol lebih tinggi daripada hasil belajar kelas Eksperimen. Maka, dapat dismpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples  tidak dapat meningkatkan hasil belajar PKn kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir.

4.2.2.4  Pembahasan
            Berdasarkan hasil dari penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako”, yang mana sebelum melakukan perlakuan pada kelas eksperimen nilai rata-rata siswanya yaitu 59,5 menjadi 60,75. Sedangkan siswa kelas kontrol adalah dari nilai rata-rata  61,86 menjadi 63,57. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelas kontrol lebih tinggi daripada hasil belajar kelas Eksperimen. Maka, dapat dismpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples  tidak dapat meningkatkan hasil belajar PKn kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir.
Dari peningkatan rata-rata siswa kelas eksperimen dari pada kelas kontrol, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Examples non Examples tidak dapat meningkatkan hasil belajar PKn. Hasil dari penelitian ini tidak sesuai dengan teori Joyce and Weil (1986) dalam Buehl (1996). Maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian yang menggunakan model Examples non Examples tidak dapat meningkatkan hasil belajar dan tidak efektif digunakan untuk melakukan proses belajar mengajar.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1.      Hasil Pre Tes siswa pada kelas eksperimen yaitu Hanya 1 (satu) orang siswa yang memperoleh kategori “Amat Baik” atau 2,27 persen dari jumlah keseluruhan sampel eksperimen, Sebanyak 6 (enam) orang siswa yang memperoleh kategori “Baik” atau 13,63 persen sebanyak 28 (dua puluh delapan) orang siswa atau 63,63 persen memperoleh kategori “Cukup Baik” dan sebanyak 9 (sembilan) orang siswa atau 20,45 persen siswa kelas eksperimen memperoleh nilai dengan kategori “Kurang Baik” pada saat pre tes. maka dapat dilihat bahwa nilai rata- rata hasil pre tes kelas eksperimen (kelas VII 1) adalah 59,5 dan nilai varians kelas tersebut adalah 182.96. Hasil Pre tes pada kelas kontrol yaitu Hanya 1 (satu) orang siswa yang memperoleh kategori “Amat Baik” atau 2,27 persen dari jumlah keseluruhan sampel eksperimen, Sebanyak 7 (tujuh) orang siswa yang memperoleh kategori “Baik” atau 11,11 persen sebanyak 26 (dua puluh enam) orang siswa atau 59,09 persen memperoleh kategori “Cukup Baik” dan sebanyak 11 (sebelas) orang siswa atau 24,44 persen siswa kelas kontrol memperoleh nilai dengan kategori “Kurang Baik” pada saat pre tes. Maka dapat dilihat bahwa nilai rata- rata hasil pre tes kelas kontrol (kelas VII 2) adalah 61,86 dan nilai varians kelas tersebut adalah 173,8.
2.      Hasil Pos Tes pada kelas eksperimen yaitu 6 orang  siswa atau 13,63 persen kelas eksperimen yang memperoleh kategori “Baik”, sebanyak 26 orang siswa yang memperoleh kategori “Cukup Baik” atau 56,81 persen dari jumlah keseluruhan sampel eksperimen dan sebanyak 13 (tiga belas) orang siswa atau 29,54 persen siswa kelas eksperimen memperoleh nilai dengan kategori “Kurang Baik” pada saat pos tes. Dengan nilai rata- rata hasil pos tes kelas eksperimen (kelas VII 1) adalah  60,75 dan nilai varians kelas tersebut adalah 148,56. Dan hasil pos tes pada kelas kontrol yaitu sebanyak sebanyak 2 orang  siswa atau 4,44 persen kelas kontrol yang memperoleh kategori “Amat Baik”, sebanyak 7 orang  siswa atau 15,55 persen kelas kontrol yang memperoleh kategori “Baik”, sebanyak 26 orang siswa yang memperoleh kategori “Cukup Baik” atau 57,77 persen dari jumlah keseluruhan sampel kontrol dan sebanyak 10 (Sepuluh) orang siswa atau 22,22 persen siswa kelas kontrol memperoleh nilai dengan kategori “Kurang Baik” pada saat pos tes. Dengan nilai rata- rata hasil pos tes kelas kontrol (kelas VII 2) adalah 63,57 dan nilai varians kelas tersebut adalah 180,52 .
3.      Aktivitas guru dalam penggunaan model pembelajaran Examples non Examples yaitu pada pertemuan pertama skor 33 dengan kategori “Sangat Sempurna”, dan meningkat kembali pada pertemuan kedua yakni meningkat menjadi 34 dengan kategori “Sangat Sempurna. Kemudian, untuk mengetahui tingkat aktivitas guru dari pertemuan pertama, dan pertemuan kedua diperoleh skor sebesar 33,5 dengan kategori “Sangat Sempurna”.
4.      Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yaitu pada pertemuan pertama skor sebesar 243 dengan kategori Sangat Tinggi, dan meningkat kembali pada pertemuan kedua dengan skor 248 dengan kategori Sangat Tinggi. Kemudian, untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa dari pertemuan pertama dan, pertemuan kedua diperoleh skor sebesar 245,5 dengan kategori Sangat Tinggi.
5.      Berdasarkan analisis uji-t diketahui nilai kedua kelas (eksperimen dan kontrol) adalah thitung < ttabel  atau - 1,08 < 1,65 yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada tingkat signifikan 5%. Dengan demikian hipotesis yang diajukan, yaitu “Pengaruh Penggunaan model pembelajaran Examples non Examples dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VII di SMP N 3 Bangko Pusako Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir ditolak. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran Examples non Examples tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal. Dibuktikan dengan hasil belajar kelas eksperimen lebih rendah dibanding dengan kelas kontrol, dimana kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran pembelajaran Examples non Examples dan kelas kontrol tanpa menggunakan model pembelajaran pembelajaran Examples non Examples.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa ada perbedaan hasil belajar kelas yang disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran pembelajaran Examples non Examples dengan kelas tanpa penggunaan model pembelajaran pembelajaran Examples non Examples, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1.    Guru tidak perlu menerapkan model pembelajaran pembelajaran Examples non Examples dalam rangka peningkatkan hasil belajar siswa.
2.     Diharapkan kepada guru-guru agar dapat melakukan inovasi dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa yang sifatnya dapat memotivasi siswa  dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran PKn
3.    Kepada para peneliti lanjutan, kiranya dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan rujukan dan perbandingan pada permasalahan yang serupa di masa yang akan datang.

No comments:

Post a Comment