PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR PKn
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BANGKO PUSAKO
SKRIPSI
Diajukan
untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S 1)
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
OLEH :
MATANG
0805113421
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2012
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk individu, sosial dan
sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di
tengah-tengah masyarakat, apalagi diikuti dengan reformasi yang menuntut
perubahan di segala bidang kehidupan manusia, baik bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan hankam. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan
meningkatkan kemampuan, wawasan, daya pikir dan pemahaman terhadap segala
sesuatu yang dialami dan dihadapi dalam kehidupannya, salah satunya malalui
jalan pendidikan.
Melalui dunia pendidikan seseorang akan
mendapat berbagai pemahaman, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Fungsi
dan tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bertitik tolak dari dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional tersebut
menjadi jelas bahwa manusia Indonesia yang hendak dibentuk melalui proses
pendidikan bukan sekedar manusia yang berilmu pengetahuan semata tetapi
sekaligus membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian sebagai warga Negara
Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dalam kaitannya dengan pembentukan warga
negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan yang strategis dan penting, yaitu dalam
membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku keseharian, sehingga diharapkan
setiap individu mampu menjadi pribadi yang baik.
Melalui mata pelajaran PKn ini, siswa
sebagai warga negara dapat mengkaji Pendidikan Kewarganegaraan dalam forum yang
dinamis dan interaktif. Jika memperhatikan tujuan pendidikan nasional di atas,
Pembangunan dalam dunia pendidikan perlu diusahakan peningkatannya.
Keberhasilan seseorang dalam menempuh
pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi. Adanya
faktor intern dan factor ekstern sangat berpengaruh bagi
seseorang dalam menempuh pendidikannya. Faktor intern merupakan faktor
yang berasal dari dalam individu itu sendiri, misalnya tingkat kecerdasan,
kepandaian, emosi, keadaan psikis, dan lain-lain. Sedangkan faktor ekstern merupakan
faktor yang berasal dari luar individu, misalnya lingkungan, baik lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah yang menjadi tempat
seseorang dalam menuntut ilmu, sarana prasarana pendidikan, baik sarana
prasarana yang ada di rumah atau di sekolah.
Dari hasil penelitian lapangan (observasi)
ditemukan bahwa siswa SMP Negeri 3 Bangko Pusako masih rendah preatasi
belajarnya, khususnya dalam mata pelajaran PKn. Peserta didik kurang
mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan dirinya karena guru tidak
menggunakan strategi pembelajaran aktif ataupun kooperatif, namun lebih
cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional yaitu ceramah
sehingga peranan guru sebagai fasilitator menjadi kurang kelihatan di kelas. Disamping
itu, guru bidang studi PKn di SMP Negeri 3 Bangko Pusako cenderung memulai
kegiatan pembelajaran dengan membacakan buku teks PKn padahal buku tersebut
bisa dibaca siswa baik secara individu maupun kelompok. Siswa monoton mendengar
ceramah guru bidang studi PKn dan mengerjakan tugas-tugas yang tercantum dalam
buku pelajaran. Hal ini ditandai dengan kurang aktifnya siswa dalam proses
pembelajaran, siswa tidak tertarik untuk bertanya, kurang perhatian dalam
mengikuti pembelajaran PKn, dan Masih rendahnya nilai PKn siswa dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata siswa dalam 1 semester terakhir yaitu nilai rata-rata semester 1
kelas VII 1 adalah 53 dan nilai rata-rata semester 1 kelas VII 2 adalah 55.
Lebih lanjut, hasil belajar siswa SMP Negeri
3 Bangko Pusako perlu ditingkatkan agar prestasi belajar mereka lebih baik dari
sebelumnya. Siswa kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran karena guru
dominan dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa kurang punya kesempatan
mengekspresikan dirinya di kelas. Selain itu, semangat belajar siswa perlu
ditingkatkan dengan merubah cara pendekatan belajar, terutama dalam
pembelajaran PKn pada siswa tersebut sehingga hasil belajar mereka setelah
ujian formatif dan sumatif lebih meningkat dari yang sebelumnya.
Penggunaan berbagai metode pembelajaran ini
sangat penting agar peserta didik termotivasi dalam mengkuti kegiatan
pembelajaran serta bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
oleh tenaga pendidik sesuai dengan bidang studi masing-masing. Disamping itu
penggunaan strategi pembelajaran juga akan mendorong tenaga pendidik tersebut
untuk lebih dulu memahaminya sebelum mengaplikasikannya kepada siswa sehingga
hal ini akan menambah wawasan tenaga pendidik tersebut tentang prosedur
penggunaannya.
Salah satu strategi pembelajaran kooperatif
adalah Examples non Examples yang
dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran materi apa saja, termasuk untuk
kegiatan pembelajaran PKn. Strategi pembelajaran dengan menggunakan Examples non Examples ini dirancang agar
siswa dapat meningkatkan keaktifan dalam proses belajar yang pada akhirnya akan
meningkatkan hasil belajar mereka, khususnya dalam mata pelajaran PKn.
Meskipun demikian, guru tetap membimbing
setiap kelompok jika ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyeleseikan
permasalahan yang ditugaskan.
Berdasarkan uraian diatas, maka ditetapkanlah judul penelitian sebagai
berikut : “Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Examples Non Examples
Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Bangko Pusako”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah
diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada Pengaruh Penggunaan
Model Pembelajaran Examples Non Examples
Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Bangko Pusako“.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah
ada Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples
Non Examples Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas
VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
A.
Bagi penulis
1.
Menambah pengetahuan sebagai calon pendidik dan
mengembangkan ilmu yang telah di dapat selama kuliah, sehingga tercipta wahana
ilmiah.
2.
Mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatan hasil
belajar siswa melalui model pembelajaran Examples
Non Examples.
3.
Sebagai dasar kegiatan penelitian berikutnya yang
sejenis.
B.
Bagi para akademisi, dapat di gunakan sebagai referensi
atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan.
C. Bagi
Peneliti lebih lanjut, dapat di jadikan referensi dalam penelitian.
1.4.2 Manfaat Praktis
A.
Bagi siswa
1.
Dapat meningkatkan antusiasme dan keterlibatan siswa
dalam pembelajaran PKn serta memberikan kebermaknaan belajar mata pelajaran
PKn.
2.
Meningkatkan kompetensi siswa dalam berpendapat.
3.
Memberikan motivasi untuk meningkatkan hasil
belajarnya, dan mendorong siswa untuk berfikir kritis
B.
Bagi Guru
1.
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan
kemampuan dan ketrampilan mengajar secara dinamis dan interaktif.
2.
Memberikan informasi yang bermanfaat kepada tenaga
pendidik di tingkat SMP, khususnya guru bidang studi PKn tentang pentingnya untuk
selalu mencari dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat dalam kegaitan
pembelajaran agar hasil belajar siswa lebih baik.
C.
Bagi Sekolah
yang diteliti
Khususnya guru-guru
pengampu mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda dan pada mata
pelajaran yang sejenis dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai masukan
dalam penyempurnaan dan pengembangan pembelajaran mereka. Melalui penelitian
ini diharapkan akan dihasilkan model pembelajaran PKn yang kontekstual serta memberdayakan
komponen-komponen pembelajaran, terutama siswa dan guru secara aktif dan
kreatif.
1.5
Penjelasan Istilah
Guna menghindari kesalahpahaman dan salah interpretasi terhadap istilah –
istilah dalam judul penelitian ini, maka penulis perlu mendefinisikannya
kembali sebagai berikut:
- Model Pembelajaran adalah penggunaan strategi dalam usaha membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan mempertimbangkan lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran.
- Examples Non Examples adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang dilakukan secara berkelompok dimana metode belajar ini menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran selanjutnya Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat infokus dan Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa gambar. Melalui diskusi kelompok 2 - 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
- Hasil Belajar adalah kemampuan kognitif siswa yang diukur dengan pencapaian indikator pembelajaran yang dituangkan dalam rentetan evaluasi yang berbentuk tes formatif dan sumatif dalam mata pelajaran PKn untuk tingkat Sekolah Menengah Petama.
- Siswa adalah adalah peserta didik yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan tingkat pendidikan dan fasilitas sekolah yang tersedia dimana proses pelayanan pendidikan itu terstruktur, terprogram dan berkesinambungan dalam rentang waktu yang ditentukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Model
Pembelajaran
Agar lebih memahami model pembelajaran, maka
perlu memberikan pengertian tentang model pembelajaran sehingga dapat
diaplikasikan dengan baik dan tepat sasaran. Menurut Ahkmad Sudrajat (2007:7)
dalam Oktorika Edina (2010:8) bahwa model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
Sedangkan menurut M. Hasan Siddik (2007:12) dalam
Oktorika Edina (2010:10) bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana pembelajaran yang sedikitnya siswa diarahkan
untuk mengikuti langkah-langkah, antara lain; a) Apersepsi, pada tahap ini
dilakukan kegiatan menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat,
b) Explorasi, pada tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara terhadap
konsep yang mau dipalajari. Kemudian siswa menggali menyelidiki dan menemukan
sendiri konsep sebagai jawaban dari dugaan sementara yang dikemukakan pada
tahap sebelumnya, melalui manipulasi benda langsung, c) Diskusi dan Penjelasan Konsep,
pada tahap ini siswa mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan tamuannya, pada
tahap ini pula guru menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu siswa
membuat kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok
lain serta memotifasi siswa mengungkapkan alasan dari kesepakatan tersebut
melalui kegiatan tanya jawab dan d) Pengembangan dan Aplikasi, pada tahap ini
guru memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, kamudian siswa
membuat kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman konseptual
yang telah diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas. Lebih
lanjut Hamzah B. Uno (2007:25) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah
pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam suatu bidang
ilmu.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana pembelajaran atau
pendekatan pembelajaran yang terencana yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
pembelajaran dimana siswa diorong untuk mengikuti langkah-langkah dari suatu
model pembelajaran tersebut. Tujuan utamanya adalah agar siswa dapat meningtkan
kemampuannya pada kecakapan atau keterampilan tertentu.
2.2 Jenis-Jenis
Model Pembelajaran
Banyak sekali jenis-jenis model pembelajaran yang dapat diaplikasikan
oleh tenaga pendidik di sekolah dalam rangka meningkatkan motivasi dan minat belajar
siswa dan meningkatkan hasil belajar mereka. Menurut Dedi Supriawan dan
Benyamin Surasega (1990:31) dalam Oktorika Edina
(2010:11) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
(1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
Sementara itu Hamzah B. Uno (2007:10) bahwa model pembelajaran diantaranya
adalah; 1) model perolehan konsep, tokohnya adalah Jerome Brunner, 2) model
berpikir induktif, tokohnya adalah Hilda Taba, 3) model inquiry training,
tokohnya adalah Richard Suchman, 4) model scintific inquiry, tokohnya
adalah Joseph J. Schwab, 5) model penumbuhan kognitif, tokohnya adalah Piaget,
Freud Irving Seil dan Kohlberg, 6) model advance organizer, tokohnya
adalah David Ausubel, dan 7) model memory, tokohnya adalah antara lain
Herry Loereyne, dan Jerry Lucas.
Selanjutnya, beberapa model pembelajaran yang bisa diaplikasikan dalam
kegiatan
pembelajaran antara lain sebagai berikut:
A. Jigsaw Approach
Jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif yang dilakukan secara kelompok. Jigsaw ini juga
dikatakan sebagai “model tim ahli” dengan penerapannya berkelompok. Menurut
Aronson dkk (1978) dalam Oktorika Edina (2010:11)
bahwa langkahlangkah penerapannya sebagai berikut: 1) Siswa dikelompokkan ke
dalam = 4 anggota tim, 2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang
berbeda, 3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan, 4)
Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka,
5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka
kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, 6) Tiap
tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, 7) Guru memberi evaluasi, dan 8)
Penutup.
B. STAD (Students Team – Achievement Divisions) Approach.
Jenis model pembelajaran ini bertujuan untuk mendorong siswa belajar secara
bersama atau kelompok yang berarti ”kelompok prestasi siswa berdasarkan kelompok.
Menurut Slavin (1995) dalam Oktorika Edina (2010:12)
yang dikutip oleh Pusat Kurikulum Nasional, 2007:9) bahwa langkah-langkah
pelaksanaan STAD adalah: 1) Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll), 2) Guru
menyajikan pelajaran, 3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan
oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan
pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti, 4) Guru member
kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu, 5) Memberi evaluasi dan 6) Kesimpulan
C. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction)
Metode pembelajaran yang berdasarkan masalah yang ditemukan siswa dalam
proses pembelajaran dapat dijadikan strategi pembelajaran agar masalah yang
dihadi siswa dapat teratasi. Dalam hal ini, guru harus jeli melihat permasalahan
siswa dalam belajar dalam rangka menentukan sarana atau alat pendukung
pembelajaran. Disamping itu, guru juga harus bisa merangsang motivasi siswa
dalam proses belajar agar mereka berpartisipasi aktif dalam pemecahan masalah
tersebut. Menurut Depdiknas (2007:12) tentang langkah-langkah penerapannya
adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan
menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih, 2) Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.), 3) Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah, 4) Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya, dan 5) Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen
mereka dan prosesproses yang mereka gunakan.
D. Kepala Bernomor Struktur
Medote pembelajaran ini dilakukan dalam kelompok, dimana setiap siswa dalam
satu kelompok memiliki nomor tertentu yang akan dijadikan patokan dalam penentuan
pembagian tugas berangkai dalam proses belajar. Adapun langkah-langkahnya menurut
Depdiknas (2007:11) adalah sebagai berikut: 1) Siswa dibagi dalam kelompok,
setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, 2) Penugasan diberikan
kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai.
Misalnya : siswa
nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa
nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar
dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari
kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bias saling
membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka, 4) Laporkan hasil dan
tanggapan dari kelompok yang lain, dan 5) Kesimpulan
E. Group Investigation
Metode pembelajaran ini mendorong siswa untuk aktif dan kreatif selama proses
pembelajaran dimana setiap kelompok harus bersifat heterogen dalam melakukan
penyelidikan yang biasanya dilakukan di luar kelas, seperti penyelidikan jumlah
dan jenis buku di perpustakaan sekolah, mendata tanaman atau menyelidiki
tanaman dalam pelajaran biologi dan lain-lain.
Menurut Yadi Rosadi (2007:9) dalam Oktorika Edina
(2010:15) bahwa model koperatif tipe Group Investigation dengan
sintaksnya: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas,
rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek
tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan
jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin
sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi
investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan
hasil kuis dan berikan reward. Sedangkan Depdiknas (2007:14) menyatakan
bahwa langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut: 1) Guru membagi
kelas dalam beberapa kelompok heterogen, 2) Guru menjelaskan maksud
pembelajaran dan tugas kelompok, 3) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap
kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain, 4) Masing-masing
kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan,
5) Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan
kelompok, 6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan,
7) Evaluasi, dan 8) Penutup.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa guru memiliki
banyak pilihan dalam menentukan metode pembelajaran dalam usaha meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajarannya. Guru juga bisa memilih metode pembelajaran
yang sesuai dengan materi dan mata pelajaran. Penerapan metode-metode
pembelajaran sangat diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Disamping itu, penerapan metode yang tepat akan mendorong siswa untuk aktif dan
kreatif selama proses pembelajaran berlangsung.
2.3 Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples
Examples
Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan KD. Menyiapkan
pengalaman dengan contoh dan non-contoh akan membantu siswa untuk membangun
makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting. Joyce and Weil
(1986) dalam Buehl (1996) (WWW. Google.com) telah
memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan model
inkuiri untuk memperkenalkan konsep yang baru dengan metode Example Non example.
Langkah-langkah:
- Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat infokus.
- Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa gambar.
- Melalui diskusi kelompok 2 - 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
- Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
- Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Buehl (1996) (WWW. Google.com)
keuntungan dari metode Example non Example
antara lain Siswa berangkat dari satu contoh yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek Siswa
terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk
membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk
mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian example yang dimungkinkan masih terdapat
beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan
pada bagian Example.
2.4 Pengertian Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku
secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia Belajar
adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Pengertian belajar menurut beberapa ahli Menurut
james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta;
1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi
Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Slameto (Djamarah,
Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. (Djamarah, Syaiful Bahri,
Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Lester D. Crow and Alice Crow (WWW.
Google.com) Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes.
Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan
dan sikap. Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil
dari suatu latihan atau pengalaman.
Menurut pengertian secara psikologis,
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Dalam arti luas, proses belajar dapat
dipahami dengan salah satu bentuk aktifitas psikis atau mental yang belangsung
dalam proses interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan kognitif, pemahaman, nilai sikap dan
ketrampilan. Konteks perubahan tersebut Nampak dalam tingkah laku siswa atau
prestasi siswa. Menurut Slameto (1987:3) Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri.
Berdasarakan definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri melalui interaksi dengan
lingkungan.
Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
- Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
- Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
- Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
- Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Berikut beberapa faktor pendorong mengapa
manusia memiliki keinginan untuk belajar:
- Adanya dorongan rasa ingin tahu
- Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
- Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.
- Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.
- Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
- Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.
- Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
- Untuk mengisi waktu luang.
2.5 Pengertian Hasil Belajar
Guna memahami arti dari hasil belajar, maka
perlu mengemukakan defines atau pengertian yang berkaitan dengan hasil belajar
tersebut sehingga menjadi jelas dan pelaksaannya tidak keluar dari
ketentuan-ketentuan umum yang sudah dipahami bersama.
Howard Kingsley (1999) dalam Indrawan
(2008:3) menerangkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.Hasil belajar
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar
dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Sedangkan Howard Kingsley (1999) dalam
Indrawan (2008:2) menyatakan bahwa hasil belajar yaitu hasil perubahan dari
semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa
karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Menurut Ibrahim
(2000:6) bahwa hasil belajar dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah
suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan
berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak
akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk
pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga
akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang
Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1) dijelaskan bahwa penilaian hasil
belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Selanjutnya, ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik
digunakan untuk (a) menilai pencapaian kompetensi peserta didik; (b) bahan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan (c) memperbaiki proses
pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu
penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan tugas lain seperti pekerjaan
rumah (PR), proyek, pengamatan dan produk.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2004:23) bahwa
hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa
dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik dalam
Dimyati dan Mudjiono (2004:24) hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan
teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui
tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Sedangkan
Muhibbin Syah (2001:54) dalam Oktorika Edina
(2010:25) mengemukakan bahwa hasil belajar sering dipergunakan dalam
arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah
dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes
lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir catur wulan dan
sebagainya. Disini hasil belajar yang dimaksudkan adalah dalam pengertian yang
terakhir, yaitu tes terakhir catur wulan. Oleh karena itu proposisi yang
dipakai adalah sebagai berikut: Pertama, hasil belajar murid merupakan ukuran
keberhasilan guru dengan anggapan bahwa fungsi penting guru dalam mengajar
adalah untuk meningkatkan prestasi belajar murid; Kedua, hasil belajar murid
mengukur apa yang telah dicapai murid; dan Ketiga, hasil belajar (achievement)
itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam
mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan
dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi
pelajaran tertentu. Pada umumnya, untuk menilai hasil belajar murid, guru dapat
menggunakan bermacam-macam, seperti; achievement test, oral test, essay
test, objective test, short-answer test dan lain-lain.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan dari semua proses belajar, pembentukan
perilaku, perubahan dalam belajar bersifat continue, fungsional, positif dan
aktif. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara tetapi bertujuan atau
terarah.
2.6 Faktor- Faktor
yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yaitu;
motivasi, sikap, inteligensia, semangat dan lain sebagainya. Sedangkan faktor
eksternal adalah; keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan sekolah.
Menurut Zulfan Adnan (2008:2) dalam Oktorika Edina (2010:26) bahwa banyak sekali faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Orangtua pun perlu
untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada
anak mereka, sehingga orangtua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak
dalam berprestasi. Lebih lanjut Ahmad Sudrajat (2007:14) dalam Oktorika Edina (2010:26) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain adalah; faktor dari internal meliputi: kesehatan,
inteligensi, minat dan motivasi, dan cara belajar.Sedangkan faktor eksternal meliputi: keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan sekitar.
Sementara itu Sardiman (2005:97) menyatakan
bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri
dari tiga (3) factor dominan, yaitu: a) keluarga, berkaitan dengan orang tua,
suadara laki-laki dan perempuan serta kerabat yang berinteraksi dengan anak
tersebut, b) factor masyarakat, yang berkaitan dengan teman sebaya dan anggota
masyarakat, dan c) faktor sekolah, yang berakitan dengan fsilitas sekolah,
lokasinya, jaraknya dengan temapt tinggal si anak, pendekatan pembelajaran yang
diterapkan, peraturan sekolah, kurikulum dan ekstra kurikuler.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa ada dua faktor dominant yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari; kesehatan,
tingkat inteligensi, minat dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi;
faktor keluarga, lingkungan masyarakat dan sekolah. Baik faktor internal maupun
eksternal sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, orang tua
harus memperhatikan faktor-faktor tersebut dalam membimbing anaknya agar dapat
mencapai prestasi dalam belajarnya.
2.7 Tinjauan Tentang
Pembelajaran PKn
Pendidikan Kewarganegaraan termasuk
pelajaran bidang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari teori-teori serta
perihal sosial yang ada di sekitar lingkungan masyarakat kita. Mata pelajaran
PKn merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa SMP dengan jumlah jam
belajar yaitu dua (2) jam pelajaran setiap minggu.
Tujuan pembelajaran PKn pada siswa agar
siswa memahami pentingnya menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang
berlakui dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa, bernegara dan memaknai
proklamasi kemerdekaan dan konstitusi. Menurut Departemen Pendidikan Nasional
(2007:59) bahwa tujuan pembelajaran PKn pada siswa SMP adalah untuk peningkatan
kesadaran dan wawasan siswa akan status, hak dan kewajibannya dalam
kehidupannya. Pembelajaran PKn membahas makna kepedulian terhadap ketentuan hak
dan kewajiban warga negara menurut Undang-Undang Dasar 1945, mengembangkan sikap
yang lebih mendahulukan kewajiban daripada hak, dan menunjukkan perilaku yang
memperhatikan keterlaksanaan hak dan kewajiban warga Negara dalam masyarakat.
Menurut Agus Dwiyono dkk (2002:13) dalam Oktorika Edina
(2010:30) bahwa kepedulian dapat diwujudkan kedalam berbagai bentuk
perbuatan, misalnya kepedulian terhadap lingkungan alam yang berarti tidak
hanya memanfaatkannya saja melainkan menjaga dan melestarikannya.
Secara garis besarnya bahwa pembelajaran PKn
menitik beratkan pada pembahasan Pancasila sebagai falsafah bangsa dan landasan
berbangsa dan bernegara, ketaatan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, kehidupan berbangsa dan bernegara, tatanan kemasyarakatan, sosial budaya,
kerukunan umat beragama, pentingnya persatuan dan kesatuan, kedaulatan negara, prinsip
keadilan dan hukum, pengembangan sikap saling hormat menghormati, penerapan
politik dalam dan luar negeri Indonesia, jalinan hubungan bilateral dan multilateral,
eksistensi Indonesia dalam era globalisasi, dan lain-lainnya yang berkaitan
dengan berbangsa dan bernegara.
2.8 Hubungan
Antara Model Pembelajaran examples
non examples dan Hasil
Belajar
Dengan demikian model pembelajaran Examples
non Examples yang diterapkan guru dalam menagajar sangat mempengaruhi
tingkat pemahaman siswa dan akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
Dengan kata lain, model
pembelajaran Examples non Examples yang diterapkan
sesuai dengan kondisi dan daya serap siswa dapat meningkatkan prestasi
belajarnya dalam mata pelajaran apapun. Oleh sebab itu, model pembelajaran Examples non Examples mempunyai hubungan
yang signifikan dalam menignkatkan hasil belajar siswa. Apabila penggunaan
model pembelajaran itu tepat, maka hasil belajar siswa akan baik. Namun bila
pemilihan dan penerapan model pembelajaran itu tidak baik, maka akan
mempengaruhi bahwa hasil belajar siswa juga tidak akan memuaskan.
2.9 Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan konsep dan teori diatas, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut “Ada Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Examples Non Examples
Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Bangko Pusako”.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian
3.1.1 Tempat
Penelitian
Lokasi kegiatan penelitian ini yaitu di SMP
Negeri 3 Bangko Pusako Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir yang
berlokasi di Jalan lintas Riau - Sumut.
3.1.2 Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dari
bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juni 2012.
3.2 Populasi dan
Sampel
3.2.1 Populasi
Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa/i kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako pada Tahun Pelajaran 2011/2012.
Populasi penelitian ini terdiri dari 2 (dua) ruang kelas terdiri dari; kelas
VII 1 sebanyak 44 siswa, kelas VII 2 sebanyak 45 siswa. Jadi jumlah populasi
keseluruhan yaitu 89 siswa. (sumber : tata usaha SMP Negeri 3 Bangko Pusako)
3.2.2 Sampel
Penelitian
Berdasarkan populasi diatas, maka dalam
menentukan sampel penelitian ini penulis berpedoman pada pendapat S. Nasution
(1997:46) yang mengatakan bahwa ”tidak ada ketentuan pasti berapa jumlah sampel
yang harus diambil untuk tujuan penelitian, namun sampel yang diambil harus
mewakili kondisi populasi”.
Dengan demikian teknik pengambilan sampel
penelitian ini yaitu ”teknik sampel purposif”. Teknik sample purposif
adalah pengambilan sampel berdasarkan tujuan dan kegunaan penelitian. Artinya,
jumlah sampel yang diambil harus dapat memenuhi dan menjawab tujuan dan
kegunaan penelitian (Suharsimi Arikunto, 2001:118) dalam Oktorika Edina (2010:35).
Sampel yang diambil adalah yang
homogen berdasarkan hasil tes pendahuluan untuk penyaringan sampel penelitian.
Jadi kemampuan siswa yang homogen adalah siswa kelas VII 1 dengan jumlah siswa
44 orang dan kelas VII 2 dengan jumlah siswa 45 orang. Jadi jumlah sampel
penelitian ini yaitu 89 siswa. Kelompok kelas siswa pertama dijadikan kelompok
eksperimen dan kelompok kelas siswa kedua dijadikan kelompok kontrol.
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian ini bersifat kuantitatif.
Artinya analisis data yang dilakukan terhadap sampel penelitian melalui
pendekatan statistik guna mengetahui hasil belajar PKn kedua kelompok siswa
yang mendapatkan perlakuan pembelajaran yang berbeda. Dengan demikian, apabila
terdapat perbedaan hasil belajar dari kedua kelompok ini nantinya secara
signifikan, tentu hal itu merupakan sebagai dampak dari perlakukan pembelajaran
yang berbeda. Namun apabila hasil belajar kedua kelompok tersebut nantinya
ternyata sama atau
berimbang, maka dapat dinyatakan bahwa metode Exsamples non Examples itu tidak mengakibatkan peningkatan hasil belajar
siswa yang signifikan dibanding dengan metode konvensional.
Adapun variabel
dalam penelitian ini terdiri dari dua (2) variabel, yaitu variabel bebas dan
terikat. Variabel bebas adalah “hasil
belajar siswa kelompok eksperimen” yang diajar dengan metode Examples non Examples, sedangkan variable terikat adalah “hasil belajar
siswa kelompok kontrol” yang dijadikan patokan pengukuran meningkat atau tidaknya
hasil belajar siswa kelompok eksperimen. Desain penelitian ini dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
Metode Konvensional
|
Metode
Examples
non Examples
|
Hasil Belajar
Kelompok Eksperimen dalam Mata Pelajaran PKn
|
Hasil Belajar
Kelompok Kontrol dalam MataPelajaran PKn
|
Sedangkan implementasi kegiatan pembelajaran
dan tes yang diberikan kepada kedua kelopok siswa tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
Model Pembelajaran
|
Sampel
|
Kelas
|
Kegiatan
|
||
Examples non examples
|
Eksperimen
|
VII 1
|
T1
|
X 1,2
|
T2
|
Konvensional
|
Kontrol
|
VII 2
|
T1
|
X 1,2
|
T2
|
Catatan:
§ ·
Dimodifikasi dari Evlyn Hatch dan Hossein Farhady (1987: 20)
§ ·
T1 = Pretes
§ ·
X 1,2 = Kegaitan Pembelajaran
§
· T2 = Postes
3.4 Materi dan
Prosedur Pembalajaran
3.4.1 Materi
Pembelajaran
Materi mata pelajaran PKn yang akan
diajarkan kepada kedua kelompok sampel penelitian diambil dari buku panduan
pelajaran PKn untuk kelas VII SMP. Adapun materi pelajaran PKn yang dipelajari
dengan menggunakan metode Examples non Examples
ini yaitu: 1) Kemerdekaan Mengemukakan
Pendapat. Materi pelajaran tersebut diambil dari buku panduan PKn untuk kelas VII
SMP yang diterbitkan oleh Erlangga untuk Tahun Pelajaran 2009/2010.
3.4.2 Prosedur
Pembelajaran
Sedangkan kegiatan pembelajaran untuk mata
pelajaran PKn kepada sample penelitian dengan perlakuan khusus melalui
penerapan metode Examples non Examples dan
siswa kelompok kontrol dengan metode konvensional ini adalah sebagai berikut:
1.
Kelompok Eksperimen
Prosedur pembelajaran untuk kelompok
eksperimen adalah sebagai berikut:
a.
Kegiatan awal
-
Kesiapan kelas dalam pembelajaran ( absensi, kebersihan
kelas, dll).
-
Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari.
b. Kegiatan Inti
-
Menerangkan kompetensi yang hendak dicapai.
-
Memberikan kesempatan siswa mengajukan pertanyaan
sebelum mengelompokkan siswa.
-
Membentuk kelompok-kelompok dan memberikan penjelasan
tentang materi pelajaran dalam proses pelaksanaan metode Exsamples non Examples
-
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
-
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat
infokus.
-
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan atau menganalisa gambar.
-
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi
dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
-
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil
diskusinya.
-
Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru
mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
c. Kegiatan Penutup
-
Melakukan penilaian (assessment) kepada siswa.
-
Menyimpulkan pelajaran
-
Mengakhiri kegiatan belajar mengajar.
2. Kelompok Kontrol
a. Kegiatan Awal
-
Memeriksa kehadiran siswa.
-
Memotivasi siswa
-
Mengarahkan siswa terhadap topik bahasan
b. Kegiatan Inti
-
Menerangkan kompetensi yang hendak dicapai.
-
Menyuruh siswa untuk membuka buku teks PKn.
-
Meminta siswa untuk membaca kembali materi ajar secara
individu.
-
Menerangkan materi ajar kepada siswa.
-
Menjawab pertanyaan siswa jika ada.
c. Kegiatan Penutup
-
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan pada sesi terkahir sebelum pembahasan selesai.
-
Melakukan penilaian (assessment) kepada siswa.
-
Menyimpulkan pelajaran
Mengakhiri kegiatan belajar mengajar
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen
yang diguanakn dalam penelitian ini yaitu perangkat pembelajaran dan alat
pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
1. Perangkat Pembelajaran
a. Silabus
b. Rencana Pelaksanan Pembelajaran
Adalah suatu pedoman yang
disusun secara sistematis oleh penulis yang terdiri dari Standar Kompetensi,
Komptensi Dasar, Materi Ajar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Proses
Pembelajaran, Alokasi Waktu serta Instrumen Evaluasi yang dijadikan acuan dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
c. Buku Panduan Siswa
Adalah buku panduan pembelajaran
yang berhubungan dengan materi ajar yang berisikan topik – topik untuk kegiatan
pembelajaran PKn untuk tingkat SMP.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data ini digunakan untuk
mengetahui daya serap, efektifitas dan belajar siswa dalam menguasai materi
ajar PKn. Adapun jenis alat untuk mengumpulkan data adalah tes yang terdiri
dari pretes dan postes
3.6 Teknik Pengumpulan
Data
Dalam proses pengumpulan data, penulis
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data
terdiri dari teknik observasi, riset kepustakaan, dokumentasi dan teknik tes
sebagai berikut:
3.6.1 Teknik Observasi
Terknik observasi adalah kegiatan pengamatan
langsung kegiatan pelaksanaan pembelajaran oleh penulis dalam melaksanakan
Model Pembelajaran Examples non Examples
pada setiap sesi kegaitan belajar mengajar di kelas SMP Negeri 3 Bangko Pusako
serta terhadap siswa dalam proses pembelajaran, pengumpulan data dan pencatatan
secara sistematis terhadap faktor – faktor dan yang ditemukan dalam objek
penelitian. Dengan demikian, teknik observasi dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi tentang implementasi kegiatan pembelajaran dan aplikasi Model
Pembelajaran Examples non Examples dalam
pembelajaran PKn dengan cara mengamati dan mengawasi langsung tentang
penggunaan Model Pembelajaran Examples non
Examples untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas SMP Negeri 3
Bangko Pusako.
3.6.2 Teknik
Kepustakaan
Teknik kepustakaan diperlukan untuk
mendapatkan teori – teori yang revelan untuk mendukung kegaitan penelitian ini
dalam usaha menyusun kerangka teoritis. Teknik kepustakaan dilakukan untuk
mendapatkan teori – teori dan konsep – konsep yang berkaitan dengan Model Exaples non Examples, pembelajaran PKn,
cara menentukan sample dan lain – lain yang bersifat mendukung penelitian ini.
3.6.3 Teknik
Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk
mendapatkan data yang berkaitan dengan benda – benda seperti dokumen nilai,
catatan aktivitas siswa, aktivitas guru dalam melaksakan kegaitan pembelajaran,
dan hal – hal yang lain yang berhubungan dengan jumlah siswa serta keadaan Sekolah
Menengah Pertama Negeri 3 Bangko Pusako.
3.6.4 Teknik Tes
Teknik yang digunakan penulis untuk
memperoleh data dari sample penelitian adalah dengan mendistribusikan item tes
kepada mereka yang berkaitan dengan materi ajar PKn. Adapun tes yang dilakukan
oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Pre Tes
Pre tes diberikan kepada dua kelompok siswa
yang mendapatkan perlakukan pembelajaran yang berbeda, dimana pre tes ini
dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai. Tujuan dari pre tes ini adalah
untuk mengetahui kompetensi siswa kedua kelompok tersebut dalam pelajaran PKn
yang mana hasilnya nanti untuk
menentukan rumus Test-t yang akan digunakan selanjutnya akan dibandingkan dengan
hasil belajar siswa setelah melalui serentetan proses pembelajaran.
Disamping itu, hasil pre tes juga digunakan
untuk patokan awal kemampuan siswa sebelum diajar dengan metode Examples non Examples (kelompok
eksperimen) dan metode konvensional (kelompok kontrol). Adapun jumlah item
pertanyaan yang didistribusikan pada saat pre tes adalah 20 item dalam bentuk
pertanyaan objektif dengan pilihan ganda.
2. Pos Tes
Sedangkan pos tes diberikan kepada sample
setelah penulis melakukan serentetan proses pembelajaran dengan menggunakan
metode yang berbeda untuk kedua kelompok siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bangko
Pusako. Pada pos tes ini
hasil belajar siswa kelompok eksperimen yang diajar dengan
metode Examples non Examples akan
dibandingkan dengan hasil belajar siswa kelompok kontrol yang diajar dengan
metode konvensional/ceramah.
Item pertanyaan yang didistribusikan kepada
sampel penelitian ini jumlah dan bentuknya sama dengan item pertanyaan pada
saat pre tes, yaitu sebanyak 20 item dengan bentuk tes objektif dalam bentuk
pilihan ganda. Hal ini dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas data
penelitian yang dijadikan sebagai hasil atau temuan penelitian.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data hasil belajar siswa
setelah diajar dengan pendekatan examples
non examples berdasarkan rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.7.1 Aktivitas Guru
Teknik penilaian terhadap pelaksanaan
pembelajaran ini yaitu pada kelas Eksperimen dengan opsi penilaian; yaitu; a) sangat sempurna, b) sempurna, c) cukup sempurna, d)
kurang sempurna, dan e) tidak sempurna. Untuk analisis data aktivitas guru
kelas eksperiman sebagai berikut :
SS (5) =
29,5 35
S (4) =
23,9 29,4
CK (3) =
18,7 23,8
KS (2) =
12,7 18,6
TS (1) =
7 12,6
3.7.2 Aktivitas Siswa
Teknik penilaian terhadap pelaksanaan
pembelajaran ini yaitu kelas Eksperimen dengan opsi penilaian; yaitu; a) Sangat
Tinggi, b) Tinggi, c) Rendah, dan d) Sangat Rendah. Untuk
analisis data aktivitas siswa kelas Eksperimen sebagai berikut :
Apabila dilakukan = 1
Apabila tidak dilakukan = 0
ST (4) = 199 264
T (3) = 133 198
R (2) = 67 132
SR (1) = 0 66
Keterangan :
ST = Sangat Tinggi
T = Tinggi
R = Rendah
SR = Sangat Rendah
3.7.3 Hasil Belajar
Untuk menguji hipotesis yang
dikemukakan, maka digunakan teknik analisis statistik dengan membandingkan hasil belajar rata-rata
yang dicapai oleh siswa yang diterapkan model pembelajaran examples non examples dengan siswa yang diterapkan model
konvensional.
Dari perbandingan hasil belajar
yang diperoleh dua kelompok tersebut akan memperlihatkan salah satu kelompok
yang mempunyai hasil belajar yang lebih tinggi. Untuk memperoleh salah satu
alternatif itu, maka dilakukan suatu pengujian terhadap hipotesis yang diajukan
dengan menggunakan rumus test-t terhadap hasil belajar yang dicapai dua
kelompok tersebut. Rumus test-t yang digunakan ad alah sebagai berikut :
a.
Untuk Menentukan Nilai
Rata-Rata Masing-Masing Kelas
1) Nilai rata-rata kelas VII 1
2) Nilai rata-rata kelas VII 2
Keterangan :
= Simbol rata-rata untuk kelas VII 1
= Simbol rata-rata untuk kelas VII 2
= Menyatakan nilai ujian
= Menyatakan frekuensi nilai
yang bersesuaian
= Menyatakan
jumlah frekuensi kelas VII 1
= Menyatakan
jumlah frekuensi kelas VII 2
= Menyatakan jumlah setelah dikalikan antara frekuensi dengan nilai ujian
(yang bersesuaian)
b.
Menentukan
nilai varian yaitu:
(Zulfan Ritonga, 2007:42)
Keterangan
:
S2 = varians
xi
= rata-rata
= Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi
n
=
1
= Konstanta
c. Uji
Homogenitas
Langkah
awal uji homogenitas adalah menghitung varians dari masing-masing kelompok
digunakan rumus:
Fhitung
=
Ftabel
=
dikonsultasikan dengan distribusi F, maka didapat nila Ftabel
Sampel dikatan homogen
dengan kriteria pengujian jika
terletak antara
(-
<
<
), di mana
didapat dari distribusi t
dengan derajat kebebasan dk=
+
-2 dengan peluang 1- 0,5 α (
=0,05)
d.
Untuk
menentukan terhitung distribusi student
t =
(Zulfan Ritonga, 2007:87)
Keterangan
:
t =
Symbol statistik
= Jumlah
skor rata-rata kelas eksperimen
= Jumlah
skor rata-rata kelas kontrol
∑
= Jumlah Hasil Kuadrat
∑
= Jumlah Hasil Kuadrat
n1 = Jumlah sample kelas eksperimen
n2 = Jumlah sample kelas kontrol
Derajat kebebasan
(dk) untuk daftar distribusi student (t) adalah dk = (N1+N2-2) dengan taraf
signifikan 5%.
e. Kriteria Pengujian Hipotesis
Hasil analisis data ini
digunakan untuk menguji hipotesis tindakan penelitian ini sebagaimana berikut
ini:
Ha : Ada perbedaan hasil
belajar siswa yang diajar dengan metode examples
non examples dan siswa yang diajar dengan metode konvensional dalam
pelajaran PKn di SMP Negeri 3 Bangko Pusako.
Ho : Tidak ada perbedaan
hasil belajar siswa yang diajar dengan metode examples non examples dan siswa yang diajar dengan metode konvensional
dalam pelajaran PKn di SMP Negeri 3 Bangko Pusako.
Atau
terima Ha : jika
>
tolak
Ho : jika
<
Keterangan: Derajat
kebebasan (dk) untuk daftar distribusi students (t) adalah dk = (
+
– 2)
dengan taraf siignifikan 5 %. (Anas Sudijono, 2001:313-316)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat SMP N 3 Bangko
Pusako
Kecamatan Bangko Pusako merupakan sebuah
kecamatan yang pada mulanya masih bergabung dengan kecamatan Rimba Melintang.
Walaupun masih termasuk kategori sebagai sebuah kecamatan yang baru berkembang,
Kecamatan Bangko Pusako telah mempunyai sekolah-sekolah sebagai wadah membina
masyarakat untuk menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Dan
untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kecamatan ini berdiri pada juli
tahun 2002.
Kecamatan Bangko Pusako yang mempunyai
wilayah yang cukup luas dengan jumlah penduduk yang cukup banyak pula yang
tersebar di daerah-daerah sepanjang Jalan Lintas Riau-Sumatera Utara
Aspirasi untuk membuka SMP Negeri 3 Bangko
Pusako ini dimulai dari pemikiran H. Norsim. K sebagai tokoh masyarakat yang
sangat peduli dengan pendidikan di Kecamatan Bangko Pusako yang kemudian
disampaikan kepada Bahtiar. MT yang pada waktu itu menjabat sebagai Kimpraswil
Rokan Hilir. Aspirasi ini kemudian langsung disetujui oleh H. Annas Maamun yang
menjabat sebagai Ketua DPRD dan disahkan oleh H. Thamrin Hasyim selaku Bupati
Rokan Hilir.
Dilihat dari proses awal berdirinya, SMP
Negeri 3 Bangko Pusako tak lepas dari dukungan dan kerjasama yang baik antara
pihak sekolah dengan masyarakat. Karena tanpa adanya kerjasama yang baik antara
pihak sekolah dengan masyarakat, maka sesuatu hal yang ingin dicapai tentu saja
akan mengalami berbagai hambatan.
4.1.2
Visi dan Misi Sekolah SMP N 3 Bangko Pusako
Visi
Unggul Dalam Prestasi, Terdidik Berdasarkan IPTEK Dan IMTAQ Dan
Terpercaya
Misi
Ø Meningkatkan PBM yang efektif dan efisien
Ø Menigkatkan semangat berprestasi dan disiplin
waktu kepada semua warga sekolah
Ø Meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan
belajar mengajar
Ø Mengembangkan minat baca siswa
Ø Mengembangkan pendidikan agama
Ø Meningkatkan prestasi olahraga siswa
Ø Menumbuhkembangkan bidang seni dan budaya
Tujuan
Ø Terlaksana PBM dengan baik, meningkatkan nilai
UAS/UAN
Ø Memiliki masyarakat sekolah yang disiplin
waktu
Ø Menciptakan tenaga pengajar yang berkualitas
Ø Memiliki masyarakat sekolah yang gemar
membaca
Ø Meningkatkan kualitas pelaksanaan ibadah
sesuai Agama yang dianut
Ø Memiliki prestasi olahraga yang tinggi serta
sehat jasmani dan rohani
Ø Menciptakan masyarakat sekolah yang berseni
dan berbudaya
4.1.3 Struktur
Organisasi Sekolah SMP N 3 Bangko
Pusako
Guna melaksanakan kegaitan belajar mengajar di sekolah serta mereflesikan
sekolah sebagai organisasi sekolah, maka SMP Negeri 3 Bangko Pusako memiliki
struktur organisasi sekolah yang mencerminkan pembagian tugas dan wewenang
serta jalur koordinasi antara atasan dan bawahan. Struktur organisasi sekolah
terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, majelis guru,
dan siswa. Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi sekolah dapat
dilihat pada denah berikut ini.
Gambar 1: Struktur
organisasi sekolah menengah pertama (permendiknas
no.19 tahun 2007)
IX |
KOMITE SEKOLAH
Suyanto
|
STAKE HOLDER/PERG. TINGGI |
KEPALA SEKOLAH
H. ISMAIL, S.Pd
|
LAB.IPA/LAB.KOMPUTER/
PUSTAKA/DLL
|
KAUR KURIKULUM
Riyanti Sinaga, S.P
|
KAUR KESISWAAN
Samsul
Bahri Hasibuan, SE
|
URUSAN SAR-PRA
Basaria
Tampubolon, A.Md
|
KAUR HUMAS
Musfardhi, SE
|
KETUA BP |
KETUA EKSTRA |
W, KELAS |
VII |
PENGELOLA |
SISWA - SISWA |
MAJELIS GURU |
KELOMPOKMGMPSEKOLAH |
WAKIL
KEPALA SEKOLAH
Rismawaty Br Sinaga, SH
|
TATA USAHA
SEKOLAH
|
TIM PENGEMBANGKURIKULUM(TPK) |
TIM PENGEMBANGSEKOLAH(TPS) SMP |
KOORDINATOR
PENGEMBAN
DIRI
|
VIII |
IX |
LAB.IPA/LAB.KOMPUTER/
PUSTAKA/DLL
|
VIII |
4.1.4 Sarana
dan Prasarana
Untuk kepentingan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dan kebutuhan –kebutuhan yang erat kaitannya dengan
sekolah Adapun sarana dan prasarana di SMP Negeri 3 Bangko Pusako pada tahun
2010 adalah sebagai berikut :
1. Gedung belajar yang terdiri dari 9 kelas
lengkap dengan isinya yang terdiri dari:
o Meja
dan kursi siswa yang berjumlah 30 unit.
o Meja
dan kursi untuk guru.
o Papan
tulis (white board).
o Tata
tertib siswa dan sanksinya.
o Gorden
dan sarana penunjang lainnya.
2. Ruang kantor sebanyak 12 ruangan yang
terdiri dari :
Ø 1
ruangan untuk kepala sekolah.
Ø 1
ruangan untuk wakil kepala sekolah bagian kurikulum.
Ø 1
ruangan untuk wakil kepala sekolah bagian kesiswaan.
Ø 1
ruangan untuk wakil kepala sekolah bagian humas.
Ø 1
ruangan untuk wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana.
Ø 1
ruangan untuk majelis guru.
Ø 1
ruangan untuk tata usaha yang dilengkapi dengan 1 unit komputer untuk
administrasi sekolah.
Ø 1
ruangan untuk ruang sidang yang sering dipakai untuk laboratorium komputer
dengan 7 unit komputer di dalamnya.
Ø 3
ruangan untuk gudang dan salah satu ruangan tersebut digunakan sebagai tempat
penyimpanan peralatan drum band.
Ø 1
ruangan untuk toilet guru.
3. Ruang perpustakaan (1 unit) yang
dilengkapi dengan :
§ Peta Dunia, Indonesia,
Provinsi Riau, dan Kabupaten Rokan Hilir.
§ Globe.
§ Buku-buku
pelajaran.
§ Buku-buku
bacaan dan majalah.
4. Mushalla (1 unit)
5. Toilet Siswa (3 unit)
6. Ruang Parkir (1 unit)
7. Kantin Sekolah (3 unit)
8. Ruang Diesel (2 unit)
9. Alat-alat olahraga
seperti bola volley, bola takraw, bola kaki, bola basket, net, dan lain-lain.
4.1.5 Jumlah Tenaga Pendidik, Tenaga Kependidikan dan
Siswa
Jumlah tenaga pendidik yang terdapat di SMP
N 3 Bangko Pusako sudah mencukupi sesuai dengan jumlah mata pelajaran dan siswa
yang ada. Adapun jumlah guru yang bertugas dalam memberikan pelayanan
pendidikan yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1
Jumlah
Tenaga Pendidik dan Kependidikan
NO
|
NAMA / NIP
|
PENDIDIKAN TERAKHIR
|
L / P
|
JABATAN
|
JURUSAN / TAHUN
|
||||
1
|
H. Isamil, S.Pd
|
S 1 PPKn 2005
|
L
|
Kepala Sekolah
|
Nip. 19600323 1985121001
|
||||
2
|
Rismawaty Br Sinaga, SH
|
S 1 Hukum 2000
|
P
|
Waka.Sekolah
|
Nip. 19780803 2007012020
|
||||
3
|
Sri Hayati, A.Ma
|
D II PGK 2007
|
P
|
Bendahara
|
Nip. 19840601 2008012016
|
||||
4
|
Riyanti Sinaga, S.P
|
S 1 Pertanian 1999
|
P
|
Guru/Kaur.Kurikulum
|
5
|
Samsul Bahri Hasibuan, SE
|
S 1 Ekonomi 2000
|
L
|
Guru/Kaur.Kesiswaan
|
6
|
Basaria Tampubolon, A.Md
|
D III Manajemen 1997
|
P
|
Guru/Sarana Prasarana
|
7
|
Musfardhi, SE
|
S 1 Ekonomi
|
L
|
Guru/Kaur.Humas
|
8
|
Frencius Sinaga, A.Md
|
D III Tekhnik 1999
|
L
|
Guru/Kaur.Humas
|
9
|
Sujana Siregar, SH
|
S 1 Hukum 2005
|
P
|
Guru/Ka.Tata Usaha
|
10
|
Yusran, S.Sos.I
|
S 1 Dakwah 2003
|
L
|
Guru
|
11
|
Pukka Simanjorang, S.Pt
|
S 1Peternakan 1998
|
L
|
Guru
|
12
|
Leni Simanungkalit, SE
|
S 1Ekonomi 2001
|
P
|
Guru
|
13
|
Syafriawan, SH.I
|
S 1 Hukum Islam2000
|
L
|
Guru
|
14
|
Saida Simanjorang, S.Pd
|
S 1 B.Inggris 2005
|
P
|
Guru
|
15
|
Latifah Hanum, S.Pd
|
S 1 Matematika 2007
|
P
|
Guru
|
16
|
Werita Sihotang, S.Pd
|
S 1 Matematika 2006
|
P
|
Guru
|
17
|
Darmayanti, S.Pd
|
S 1 PPKn 2011
|
P
|
Guru
|
18
|
Emi Yansipa, S.Pd
|
S 1 Ekonomi 2001
|
P
|
Guru
|
19
|
Armaini, A.Md
|
D III Komputer 2001
|
P
|
Guru
|
20
|
Firmansyah, A.Md
|
D III Penjaskes 2010
|
L
|
Guru
|
21
|
Desi Patrisia, A.Ma
|
D II PGK 2007
|
P
|
Guru
|
22
|
Salina
|
SMA IPS 2001
|
P
|
Guru
|
23
|
Ekarwafi
|
SMA
IPS 2003
|
L
|
Staf Tata Usaha
|
24
|
Misda Yeni
|
SMA IPS 2005
|
P
|
Tata Usaha
|
25
|
Hendra. R
|
SMA IPS 2003
|
L
|
Pjg. Sekolah
|
Sumber : SMP Negeri 3 Bangko Pusako, 19 Maret 2012
Berdasarkan jumlah tenaga pendidik yang bertugas di SMP Negeri 3 Bangko
Pusako sudah cukup bila dibandingkan dengan jumlah ruang kelas yang ada di
sekolah tersebut. Dengan demikian, pelayanan pendidikan yang diselenggarakan
oleh sekolah melalui tenaga pendidik dapat terlaksana dengan baik sehingga
kekosongan kegiatan belajar di kelas dapat dihindari. Disamping itu, guru yang
mengajar mata pelajaran yang sama membentuk team teaching agar bisa
saling bertukar pikiran dan bisa menggantikan rekannya yang berhalangan
mengajarpada hari - hari tertentu.
Tabel 4.2
Jumlah Siswa/i SMP Negeri 3
Bangko Pusako
Jumlah siswa yang menuntut ilmu di SMP
Negeri 3 Bangko Pusako Tahun Ajaran 2011-2012. Sebagai berikut :
ROMBEL
|
K
E L A S
|
JUMLAH
|
M U T A S I
|
K
E
T
|
||||||||||
VII
|
VIII
|
IX
|
VII
|
VIII
|
IX
|
MASUK
|
KELUAR
|
|||||||
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
L
|
P
|
|||||
2
|
2
|
2
|
44
|
45
|
34
|
38
|
35
|
35
|
233
|
1
|
-
|
-
|
-
|
Sumber : SMP Negeri 3 Bangko Pusako,
19 Maret 2012
4.2
Analisis Pengunaan Model Pembelajaran Examples non Examples untuk Meningkatkan
Hasil Belajar PKn Siswa
Proses implementasi model pembelajaran Examples non Examples
dan model pembelajaran konvensional
kepada siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Bangko Pusako dilakukan melalui
beberapa tahapan, yaitu : Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan. sebagaimana
berikut ini :
4.2.1 Sebelum
Perlakuan
4.2.1.1. Tahapan Persiapan
Pada tahapan ini penulis mempersiapkan instrumen penelitian untuk kelas Eksperimen
dan kelas kontrol. untuk kelas Eksperimen yang terdiri dari silabus dapat
dilihat pada lampiran 1,
Rencana Pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 2a dan 2b, lembar aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 5a.b dan lembar aktivitas untuk siswa yang dapat dilihat pada lampiran 6a.b
Sedangkan untuk kelas kontrol,
penulis menyiapkan perangkat pembelajaran, yaitu silabus yang dapat dilihat
pada lampiran 1, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dapat dilihat pada
lampiran 2c, dan 2d. Pada tahapan ini penulis juga
merancang soal untuk pre tes dan pos tes serta lembaran jawaban siswa yang jumlah soalnya sebanyak 20 dan
berbentuk objektif
. 4.2.1.2. Pre Tes
Pada poin ini, penulis mengemukakan pembahasan tentang hasil tes yang telah
diberikan kepada siswa yang terdiri dari dua kelas guna mengetahui tingkat
pemahaman mereka terhadap mata pelajaran PKn sebelum menerapkan model
pembelajaran Examples non Examples serta untuk mengetahui homogenitas siswa
dari dua kelas tersebut yang menjadi sampel penelitian ini. Jumlah Siswa kelas
Eksperimen yaitu 44 orang
siswa, sedangkan kelas Kontrol berjumlah 45 orang siswa. Adapun soal yang akan diujikan
kepada mereka sebanyak 20 soal yang berbentuk tes objektif.
1. Hasil Pre Tes Kelas eksperimen
Hasil pre tes kelas eksperimen dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3
Distribusi Hasil Belajar Kelas Eksperimen (Kelas
VII 1 )
Pada pre tes
No
|
Interval Skor
|
Kategori
|
F
|
Frekuensi Relatif
|
1
2
3
4
|
90 – 100
70 – 89
50 – 69
0 – 49
|
Amat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
|
1
6
28
9
|
2,27
%
13,63 %
63,63 %
20,45 %
|
Jumlah
|
44
|
100 %
|
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.4 diatas,
dapat dilihat bahwa hanya ada 1 (satu) orang siswa kelas eksperimen yang
memperoleh kategori “Amat Baik” pada pre tes yang telah dilaksanakan. dan 6 (enam)
orang siswa yang memperoleh kategori “Baik” atau 13,63 persen dari jumlah keseluruhan sampel eksperimen,
sebanyak 28 (dua puluh delapan) orang siswa atau 63,63 persen memperoleh kategori “Cukup Baik”
dan sebanyak 9 (sembilan) orang siswa atau 20,45 persen siswa kelas eksperimen memperoleh nilai dengan kategori “Kurang
Baik” pada saat pre tes. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar siswa kelas eksperimen perlu peningkatan pengetahuan didalam materi PKn.
Sesuai hasil pengolahan lanjutan (lampiran 3a), maka dapat dilihat bahwa nilai rata- rata
hasil pre tes kelas eksperimen (kelas VII 1) adalah nilai rata 59,5 dan nilai varians kelas tersebut adalah 182,96.
2.
Hasil Pre Tes Kelas Kontrol
Hasil pre tes kelas kontrol dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Distribusi Hasil Belajar Kelas Kontrol (Kelas VII 2)
Pada pre tes
No
|
Interval Skor
|
Kategori
|
F
|
Frekuensi Relatif
|
1
2
3
4
|
90 – 100
70 – 89
50 – 69
0 – 49
|
Amat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
|
1
7
26
11
|
2,27
%
11,11 %
59,09 %
24,44 %
|
Jumlah
|
45
|
100 %
|
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.5 diatas, dapat dilihat
bahwa hanya ada 1 (satu) orang siswa kelas kontrol yang memperoleh kategori
“Amat Baik” pada pre tes yang telah dilaksanakan. Hanya 7 (tujuh) orang siswa
yang memperoleh kategori “Baik” atau 11,11 persen dari jumlah keseluruhan
sampel kontrol, sebanyak 26 (dua puluh enam) orang siswa atau 59,09 persen
memperoleh kategori “Cukup Baik” dan 11 orang siswa atau 24,44 persen yang
meraih kategori “tidak Baik” pada saat pre tes. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas kontrol masih mengalami kesulitan dalam memahami materi ajar PKn.
Sesuai hasil pengolahan lanjutan (lampiran 3a), maka dapat dilihat bahwa nilai rata- rata
hasil pre tes kelas eksperimen (kelas VII 2) adalah nilai rata 61,86 dan nilai varians kelas tersebut adalah 173,8.
. 4.2.1.3. Penentuan Homogenitas
Untuk menentukan apakah varians kedua kelompok memiliki homogenitas atau tidak, dapat diketahui dengan cara
membagi nilai varians besar
dengan nilai varians kecil, dan hasilnya adalah Fhitung 1,05 kemudian didapat Ftabel yaitu 6,96.
Dari hasil pengolahan data lanjutan
(lampiran 4 ), dapat dijelaskan bahwa Fhitung < Ftabel yaitu 1,05 < 6,96 ini berarti kedua kelas tersebut yaitu kelas VII 1 dan
kelas VII 2 adalah bersifat homogen dan penelitian ini dapat dilanjutkan
untuk kedua kelas ini. Hasil ini juga dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini :
Tabel 4.5
Tes Homogen Kelas VII 1 dan kelas VII 2
Kelas
|
Varians
|
Fhitung
|
Ftabel
|
Keterangan
|
Kesimpulan
|
VII 1
VII 2
|
182,96
157,42
|
1,05
|
6,96
|
Fhitung <
Ftabel
|
Homogen
|
Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa Fhitung
< Ftabel yaitu 11.05 < 6.96 ini berarti kedua kelompok
tersebut yaitu kelas VII 1 dan kelas
VII 2 adalah bersifat homogen, seperti yang dinyatakan oleh Zulfan
Ritonga (2007:88) bahwa apabila Fhitung < Ftabel kedua
varians tersebut adalah homogen.
Setelah
hasil pre tes diolah dari kedua kelompok tersebut dan mendapatkan hasil yang
homogen, berarti penelitan ini dapat dilanjutkan dalam menentukan kelas
yakni dengan teknik random sampel yaitu kelas VII 1 dan kelas VII 2 dimana siswa kelas VII 1 sebagai kelas eksperimen dan diberikan
perlakuan pendekatan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples
selanjutnya kelas VII 2
sebagai kelas kontrol dan diberikan perlakuan seperti proses belajar mengajar
biasa tanpa manggunakan model Examples
non Examples.
4.2.2. Setelah Perlakuan
Dalam
perlakuan ini akan digunakan model Examples
non Examples untuk diterapkan
pada kelas eksperimen, dan untuk kelas kontrol tidak menggunakan model Examples non Examples. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan
berikut ini:
4.2.2.1. Penerapan
Model Pembelajaran Examples non Examples untuk
Kelompok Eksperimen (Kelas VII 1)
Penerapan Model Pembelajaran Examples non Examples ini dilakukan pada
hari selasa, tanggal 13 Maret 2012 pada jam ke 5 dan 6, adapun
langkah-lngkahnya yaitu sebagai berikut :
1. Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru
membentuk kelompok yang terdiri dari 2 orang
3. Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat infokus.
4. Guru
memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau
menganalisa gambar.
5. Melalui
diskusi kelompok 2 - 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas.
6. Guru
mempersilahkan tiap kelompok membacakan hasil diskusinya.
7. Mulai
dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
Adapun pertemuan kedua dilakukan pada hari Selasa
tanggal 24 Maret 2012, yang
mana pertemuan kedua ini dilakukan pada jam yang sama yakni ke 5 dan 6 berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dimana
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan menggunakan langkah-langkah
penggunaan model pembelajaran Examples non Examples yang sama dengan langkah-langkah pada
pertemuan pertama dikelas eksperimen.
1. Analisis Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
Berdasarkan
pengamatan observer terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Examples non Examples dapat dilihat pada tabel berikut ini
:
Tabel 4.6
Aktivitas Guru Kelas Eksperimen
No
|
Aktivitas Guru yang
Diamati
|
Pertemuan I
|
Pertemuan II
|
Rata-rata
(%)
|
|||
Skor
|
%
|
Skor
|
%
|
Skor
|
%
|
||
1
|
Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
|
5
|
100
|
5
|
100
|
5
|
100
|
2
|
Guru
membentuk kelompok yang terdiri dari 2 orang
|
5
|
100
|
5
|
100
|
5
|
100
|
3
|
Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat infokus.
|
4
|
80
|
4
|
80
|
4
|
80
|
4
|
Guru
memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau
menganalisa gambar.
|
5
|
100
|
5
|
100
|
4
|
100
|
5
|
Melalui
diskusi kelompok 2 - 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas.
|
5
|
100
|
5
|
100
|
4
|
100
|
6
|
Guru
mempersilahkan tiap kelompok membacakan hasil diskusinya.
|
5
|
100
|
5
|
100
|
4
|
100
|
7
|
Mulai
dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
|
4
|
80
|
5
|
100
|
4,5
|
90
|
Jumlah / %
|
33
|
94,28
|
34
|
97,14
|
33,5
|
95,71
|
|
Klasifikasi
|
Sangat Sempurna
|
Sangat Sempurna
|
Sangat Sempurna
|
Sumber : data hasil
observasi 2012
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa aktivitas yang dilakukan guru pada
pertemuan pertama, dan pertemuan kedua mengalami peningkatan. Persentase
aktivitas yang dilakukan guru pada pertemuan pertama adalah sebesar 94
persen dengan kategori “Sangat Sempurna”, Dan pada pertemuan kedua
persentase aktivitas yang dilakukan guru mengalami peningkatan menjadi sebesar 97 persen dengan kategori “Sangat Sempurna”. Kemudian, untuk mengetahui tingkat aktivitas guru
dari pertemuan pertama, dan pertemuan kedua diperoleh skor sebesar
33,5 dengan kategori
“Sangat Sempurna”.
Untuk
menghitung persentase aktivitas yang dilakukan guru selama proses belajar
pembelajaran untuk setiap pertemuan yaitu dengan menjumlahkan nilai yang
diperoleh dari setiap aktivitas guru untuk setiap aspek yang diamati dibagi
dengan jumlah maksimal dan dikalikan 100%. Kriteria penentuan nilai yang
diperoleh guru ditentukan melalui deskriptor yang muncul.
2. Analisis Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan
pengamatan observer terhadap aktivitas Siswa dalam pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran
Examples non Examples dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.7
Aktivitas Siswa Kelas
Eksperimen
No
|
Aktivitas Siswa
yang Diamati
|
Pertemuan
I
|
Pertemuan
II
|
Rata-Rata (%)
|
|||
Skor
|
%
|
Skor
|
%
|
Skor
|
%
|
||
1
|
Siswa memperhatikan gambar-gambar
sesuai dengan tujuan pembelajaran
|
44
|
100
|
44
|
100
|
44
|
100
|
2
|
Siswa mengikuti instruksi
guru membentuk kelompok terdiri dari 2 0rang
|
44
|
100
|
44
|
100
|
44
|
100
|
3
|
Siswa memperhatikan petunjuk guru untuk menganalisa
gambar
|
44
|
100
|
44
|
100
|
44
|
100
|
4
|
Siswa melalui diskusi
kelompok, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
|
41
|
93,19
|
42
|
95,46
|
41,5
|
94,32
|
5
|
Tiap kelompok membacakan
hasil diskusinya
|
26
|
59,5
|
30
|
68.22
|
28
|
63.86
|
6
|
Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai
|
44
|
100
|
44
|
100
|
44
|
100
|
Jumlah / %
|
243
|
92,11
|
248
|
93,94
|
245,5
|
93,03
|
|
Klasifikasi
|
Sangat Tinggi
|
Sangat Tinggi
|
Sangat Tinggi
|
Sumber : data hasil
observasi 2012
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa aktivitas siswa kelas eksperimen pada
pertemuan pertama, dan pertemuan kedua mengalami peningkatan. Pada pertemuan
pertama, skor aktivitas siswa sebesar 243 dengan kategori “Sangat Tinggi”. Dan Pada pertemuan kedua skor aktivitas siswa sebesar 248 dengan
kategori “Sangat Tinggi”. Kemudian, untuk mengetahui tingkat
aktivitas siswa dari
pertemuan pertama, dan pertemuan kedua diperoleh skor sebesar 245,5 dengan kategori “Sangat Tinggi”.
Untuk menghitung persentase
aktivitas yang dilakukan siswa pada setiap pertemuan yaitu berdasarkan pada
jumlah nilai yang didapat pada penjumlahan siswa yang melakukan aktivitas yang
telah ditentukan dibagi dengan jumlah siswa, kemudian dikalikan dengan 100%. Dari
nilai persentase aktivitas yang dilakukan siswa dapat dikatakan aktivitas
belajar siswa telah mengalami peningkatan.
3. Hasil Pos Tes Kelas Eksperimen (Kelas VII 1)
Hasil belajar siswa kelas eksperimen diperoleh dengan
memberikan pos tes dengan
menerapkan model pembelajaran Examples non Examples dan hasil belajarnya dapar dilihat pada
table dibawah ini.
Tabel 4.8
Distribusi Hasil Belajar Kelas Eksperimen
(Kelas VII 1)
Pada Pos Tes
No
|
Interval Skor
|
Kategori
|
f
|
Frekuensi Relatif
|
1
2
3
4
|
90 – 100
70 – 89
50 – 69
0 – 49
|
Amat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
|
-
6
25
13
|
0
13,63
56,81
29,54
|
Jumlah
|
44
|
100 %
|
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.8 diatas, dapat dilihat bahwa hanya
ada 6 (enam) orang siswa yang memperoleh kategori “Baik” atau 13,63 persen dari jumlah keseluruhan sampel eksperimen, sebanyak 26 (dua puluh enam) orang siswa atau 59,81 persen memperoleh kategori “Cukup Baik” dan sebanyak 13 (tiga belas) orang siswa atau 29,54 persen siswa kelas eksperimen memperoleh nilai
dengan kategori “Kurang Baik” pada saat pos tes. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar siswa kelas eksperimen sudah mengalami peningkatan hasil
belajar.
Sesuai hasil pengolahan lanjutan (lampiran
7a ), maka dapat
dilihat bahwa nilai rata- rata hasil pos tes kelas eksperimen (kelas VII 1 ) adalah nilai rata-rata 60,75
dan nilai varians kelas tersebut
adalah 148,56.
4.2.2.2. Penerapan Model Pembelajaran Konvensional untuk Kelompok Kontrol (Kelas VII 2)
Penerapan Model Pembelajaran Konvensional atau model ceramah ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal
13 Maret 2012 pada jam ke 3 dan 4, adapun langkah-lngkahnya yaitu sebagai
berikut :
a.
Menerangkan
kompetensi yang ingin dicapai
b. Menerangkan materi sesuai dengan indikator yang hendak
dicapai berkaitan dengan Kemerdekaan
Mengemukakan Pendapat.
c. Melakukan tanya jawab dan;
d.
Menyimpulkan dan
menutup kegaitan pembelajaran
Adapun pertemuan kedua dilakukan pada hari Selasa
tanggal 24 Maret 2012, yang
mana pertemuan kedua ini dilakukan pada jam yang sama yakni ke 3 dan 4 berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dimana
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan menggunakan langkah-langkah
penggunaan model pembelajaran konvensional yang sama dengan langkah-langkah pada
pertemuan pertama dikelas kontrol.
1. Hasil Pos Tes Kelas Kontrol (Kelas VII 2)
Hasil belajar siswa kelas kontrol diperoleh dengan memberikan pos tes dengan menerapkan model pembelajaran Konvensional dan
hasil belajarnya dapar dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8.9
Distribusi Hasil Belajar Kelas Kontrol (Kelas VII 2)
Pada Pos Tes
No
|
Interval Skor
|
Kategori
|
f
|
Frekuensi Relatif
|
1
2
3
4
|
90 – 100
70 – 89
50 – 69
0 – 49
|
Amat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
|
2
7
26
10
|
4,44
15,55
57,77
22,22
|
Jumlah
|
45
|
100 %
|
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa 2
(satu) orang siswa kelas kontrol
yang memperoleh kategori “Amat Baik”. Hanya 7 (tujuh) orang siswa yang memperoleh
kategori “Baik” atau 15,55 persen dari jumlah keseluruhan sampel kontrol,
sebanyak 26 (dua puluh enam) orang siswa atau 57,77 persen memperoleh kategori
“Cukup Baik” dan sebanyak 10 orang siswa atau 22,22 persen siswa kelas kontrol
memperoleh nilai dengan kategori “Kurang Baik”. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas kontrol sudah mengalami peningkatan hasil belajar.
Sesuai hasil pengolahan lanjutan (lampiran
7a ), maka dapat dilihat
bahwa nilai rata- rata hasil pos tes kelas eksperimen (kelas VII 2 ) adalah nilai rata-rata 63,57
dan nilai varians kelas tersebut
adalah 180,52.
4.2.2.3 Penetuan Homogenitas
Untuk menentukan apakah varians kedua kelompok memiliki homogenitas atau tidak, dapat diketahui dengan cara
membagi nilai varians besar
dengan nilai varians kecil, dan hasilnya adalah Fhitung 1,21 kemudian didapat Ftabel yaitu 6,96.
Dari hasil pengolahan data lanjutan (lampiran 7 ), dapat dijelaskan bahwa Fhitung < Ftabel yaitu 1,21 <
6,96 ini berarti kedua kelas tersebut yaitu kelas VII 1 dan kelas VII 2 adalah
bersifat homogeny maka untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan menggunakan
uji beda 2 sampel terpisah dengan varians beda. Hasil ini juga dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.9
Tes Homogen Kelas VII 1
dan kelas VII 2
Kelas
|
Varians
|
Fhitung
|
Ftabel
|
Keterangan
|
Kesimpulan
|
VII 1
VII 2
|
143,44
160,35
|
1.21
|
6.96
|
Fhitung <
Ftabel
|
Homogen
|
Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa Fhitung < Ftabel
yaitu 1.21 < 6.96 ini berarti kedua kelompok tersebut yaitu kelas VII 1 dan kelas VII 2 adalah bersifat
homogen, seperti yang dinyatakan oleh Zulfan Ritonga (2007:88) bahwa apabila Fhitung
< Ftabel kedua varians tersebut adalah homogen.
4.2.3.
Pengujian Hipotesis
4.2.3.1. Penetapan Alat Analisis
Dari hasil Penilaian Siswa melalui Pos Tes
terhadap kelas kontrol dan kelas eksperimen maka didapat kedua kelas tersebut
Homogen. Dan karena Varians kelompok tersebut adalah homogen maka untuk
menentukan ada atau tidaknya perbedaan menggunakan uji dua sampel terpisah
dengan varians yang beda.
4.2.3.2. Menentukan Uji Beda Terhitung Distribusi
Student
Hasil thitung sebesar - 1,08
kemudian dikonfirmasikan dengan ttabel dengan tingkat kepercayaan 95%
(α) = 5% = 0,05, dk = n1 + n2 – 2, maka diperoleh nilai ttabel
adalah 1,65 thitung < ttabel atau
- 1,08 < 1,65. Artinya hasil belajar dari kedua kelas yang
menggunakan model pembelajaran yang berbeda memiliki perbedaan hasil belajar siswa yang dipercaya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
perbedaan hasil belajar kelas
eksperimen dengan kelas kontrol adalah disebabkan oleh adanya perbedaan dalam
menggunakan model pembelajaran, yaitu pembelajaran dengan menggunakan model Examples non Examples dan pembelajaran yang dilakukan tanpa
menggunakan model Examples non Examples. Apabila dilihat dari nilai
rata-rata hasil belajar kelas yang menggunakan model pembelajaran Examples non Examples yaitu 60,75 sedangkan nilai rata-rata pada kelas yang
tidak menggunakan model Examples
non Examples yaitu 63,57.
4.2.3.3. Uji Hipotesis
Tujuan diberikannya pos tes pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pokok bahasan “Kemerdekaan Mengemukakan
Pendapat” adalah Ada Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil
Belajar PKn Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako.
Hasil pos tes kedua kelas tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 5.0
Hasil Analisis Pos Tes
Kelas
|
N
|
Varians
|
Hasil
|
|
Kelas Eksperimen
|
44
|
60,75
|
143,44
|
Thitung
- 1,08
|
Kelas Kontrol
|
45
|
63,57
|
160,35
|
Ttabel
1,65
|
Dari analisis tabel diatas
dapat diketahui bahwa perhitungan statistik uji t bahwa nilai thitung
= - 0,05 kemudian nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel
untuk dk = n1+ n2
– 2 maka 44 + 45 – 2 = 87 dengan taraf signifikan (α) = 5% , apabila dikonsultsikan dengan
tabel t diperoleh thitung < ttabel atau - 1,08 < 1,65 hal ini berarti hipotesis yang berbunyi
“Ada Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar PKn
Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako” ditolak. Artinya, perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Examples
non Examples pada pelajaran PKn
tidak mengalami peningkatan secara maksimal dibandingkan dengan siswa yang diajarkan tanpa model pembelajaran Examples non Examples.
Dari hasil pembahasan diatas
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Examples non Examples tidak efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti bahwa kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Examples non Examples tidak mengalami peningkatan hasil belajar yang maksimal dari nilai rata-rata 59,5 menjadi 60,75. sedangkan nilai
rata-rata kelas yang tidak menggunakan metode ini yaitu kelas kontrol adalah dari
nilai rata-rata 61,86 menjadi 63,57. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelas kontrol lebih tinggi daripada hasil belajar kelas
Eksperimen. Maka, dapat
dismpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Examples non Examples tidak dapat meningkatkan hasil belajar PKn kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir.
4.2.2.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil dari penelitian
ini yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar PKn
Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako”, yang mana sebelum melakukan
perlakuan pada kelas eksperimen nilai rata-rata siswanya yaitu 59,5 menjadi 60,75.
Sedangkan siswa kelas kontrol
adalah dari nilai rata-rata 61,86
menjadi 63,57. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelas kontrol lebih tinggi daripada hasil belajar kelas
Eksperimen. Maka, dapat
dismpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Examples non Examples tidak dapat meningkatkan hasil belajar PKn kelas VII SMP Negeri 3 Bangko Pusako Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir.
Dari
peningkatan rata-rata siswa kelas eksperimen dari pada kelas kontrol, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Examples non Examples tidak
dapat meningkatkan hasil belajar
PKn. Hasil dari penelitian ini tidak sesuai dengan teori Joyce
and Weil (1986) dalam Buehl (1996). Maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian
yang menggunakan model Examples
non Examples tidak dapat meningkatkan
hasil belajar dan tidak
efektif digunakan untuk melakukan proses belajar mengajar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bangko
Pusako, maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu :
1. Hasil Pre Tes siswa pada kelas eksperimen
yaitu Hanya 1 (satu) orang siswa yang memperoleh kategori “Amat Baik” atau 2,27 persen dari jumlah
keseluruhan sampel eksperimen, Sebanyak 6 (enam) orang siswa yang memperoleh kategori “Baik” atau 13,63 persen sebanyak 28 (dua
puluh delapan) orang siswa atau 63,63 persen memperoleh kategori “Cukup Baik” dan sebanyak 9 (sembilan) orang siswa atau 20,45 persen siswa kelas eksperimen memperoleh nilai
dengan kategori “Kurang Baik” pada saat pre tes. maka dapat dilihat bahwa nilai
rata- rata hasil pre tes kelas eksperimen (kelas VII 1) adalah 59,5 dan nilai varians
kelas tersebut adalah 182.96.
Hasil Pre tes pada kelas kontrol yaitu Hanya 1 (satu) orang siswa yang
memperoleh kategori “Amat Baik” atau 2,27 persen dari jumlah keseluruhan sampel
eksperimen, Sebanyak 7 (tujuh) orang siswa yang memperoleh kategori “Baik” atau
11,11 persen sebanyak 26 (dua puluh enam) orang siswa atau 59,09 persen
memperoleh kategori “Cukup Baik” dan sebanyak 11 (sebelas) orang siswa atau 24,44
persen siswa kelas kontrol memperoleh nilai dengan kategori “Kurang Baik” pada
saat pre tes. Maka dapat dilihat bahwa nilai rata- rata hasil pre tes kelas
kontrol (kelas VII 2) adalah 61,86 dan nilai varians kelas tersebut adalah
173,8.
2. Hasil Pos Tes pada kelas eksperimen yaitu 6 orang siswa atau 13,63 persen kelas eksperimen yang
memperoleh kategori “Baik”, sebanyak 26 orang siswa yang memperoleh kategori “Cukup
Baik” atau 56,81 persen dari jumlah keseluruhan sampel eksperimen dan sebanyak 13
(tiga belas) orang siswa atau 29,54 persen siswa kelas eksperimen memperoleh
nilai dengan kategori “Kurang Baik” pada saat pos tes. Dengan nilai rata- rata
hasil pos tes kelas eksperimen (kelas VII 1) adalah 60,75 dan nilai varians kelas tersebut adalah 148,56. Dan hasil pos tes pada kelas kontrol yaitu
sebanyak sebanyak 2 orang siswa atau 4,44
persen kelas kontrol yang memperoleh kategori “Amat Baik”, sebanyak 7
orang siswa atau 15,55 persen kelas kontrol
yang memperoleh kategori “Baik”, sebanyak 26 orang siswa yang memperoleh
kategori “Cukup Baik” atau 57,77 persen dari jumlah keseluruhan sampel kontrol dan
sebanyak 10 (Sepuluh) orang siswa atau 22,22 persen siswa kelas kontrol
memperoleh nilai dengan kategori “Kurang Baik” pada saat pos tes. Dengan nilai
rata- rata hasil pos tes kelas kontrol (kelas VII 2) adalah 63,57 dan nilai varians kelas tersebut adalah 180,52 .
3. Aktivitas
guru dalam penggunaan model
pembelajaran Examples non Examples yaitu pada pertemuan pertama skor
33 dengan kategori “Sangat Sempurna”, dan meningkat kembali pada
pertemuan kedua yakni meningkat menjadi 34 dengan kategori “Sangat Sempurna. Kemudian, untuk
mengetahui tingkat aktivitas guru dari pertemuan pertama, dan pertemuan kedua
diperoleh skor sebesar 33,5 dengan kategori “Sangat Sempurna”.
4. Aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan yaitu pada pertemuan pertama skor sebesar 243 dengan kategori Sangat
Tinggi, dan meningkat kembali pada pertemuan kedua dengan skor 248 dengan
kategori Sangat Tinggi. Kemudian, untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa dari
pertemuan pertama dan, pertemuan kedua diperoleh skor sebesar 245,5 dengan kategori Sangat Tinggi.
5. Berdasarkan
analisis uji-t diketahui nilai kedua kelas (eksperimen dan kontrol) adalah thitung < ttabel atau - 1,08 < 1,65 yang berarti ada perbedaan yang
signifikan pada tingkat signifikan 5%. Dengan demikian hipotesis yang diajukan,
yaitu “Pengaruh Penggunaan model pembelajaran Examples non Examples dapat
meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VII di SMP N 3 Bangko Pusako Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten
Rokan Hilir” ditolak.
Dengan demikian penggunaan model pembelajaran Examples non
Examples tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa
secara maksimal. Dibuktikan
dengan hasil belajar kelas
eksperimen lebih rendah dibanding dengan kelas kontrol, dimana kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran pembelajaran Examples non Examples dan kelas kontrol tanpa menggunakan model pembelajaran pembelajaran Examples non Examples.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa ada perbedaan hasil belajar kelas yang
disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran pembelajaran Examples non Examples dengan kelas tanpa penggunaan model pembelajaran pembelajaran Examples non Examples, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1.
Guru tidak perlu menerapkan model pembelajaran pembelajaran Examples non Examples dalam rangka peningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Diharapkan
kepada guru-guru agar dapat melakukan
inovasi dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan
siswa yang sifatnya dapat memotivasi siswa
dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam kegiatan pembelajaran PKn
3. Kepada para peneliti lanjutan, kiranya
dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan hasil penelitian ini dijadikan
sebagai bahan rujukan dan perbandingan pada permasalahan yang serupa di masa
yang akan datang.
No comments:
Post a Comment